[Freelance Oneshot] Blooming Sakura

Title
Blooming Sakura

Length
Oneshot

Rating
G

Genre
Romance, Life

Author
Lee Dongseok
goodgirlsside.blogspot.com

CAST
Lee Soon Kyu as Sunny (Girls’ Generation)
Lee Sungmin as Sungmin (Super Junior)
Park Jung Soo as Leeteuk (Super Junior)

Recommended Song :
“Super Junior – Marry U”

DISCLAIMERS! :

Plot are mine!

            Annyeong readers! Ini ff pertama tentang sunsun couple! Ini couple favorit author di super generation, jadi semoga ffnya bagus yah! Oh iyaa, jangan jadi siders atau silent readers yah! Soalnya gak enak banget kalau digituin! Terus sama yang gak suka couple ini, gak usah baca, daripada entar ujung ujungnya nge bashing-_- 

—-

Author POV

————Myeongji University————

            Pagi itu, musim semi. Pohon-pohon sakura di taman belakang Myeongji University mekar dengan riangnya. Sangat berbeda dengan perasaan seorang yoeja yang duduk di bawah salah satu pohon itu.

            Tidak terlihat segurat senyumpun diwajahnya, hanya kesedihanlah yang sangat kentara. Yoeja itu bernama Lee Sunny.

Sunny POV

            Hhh, aku ingin sekali menangis, tapi air mata menyebalkan ini sudah enggan keluar dari tempatnya. Entah kenapa, seberapa lamapun aku menangis tetap tidak bisa melepaskan semua beban dan malu ini. Aku benci semua orang, seakan-akan mereka bersenang-senang diatas kesedihanku.

            Aku berada di Myeongji University, salah satu universitas ternama di  Busan, bukan untuk menjadi mahasiswi disini. Tetapi untuk melepas kesedihan dengan menatap bunga sakura yang mekar pada musim semi. Keadaan ditaman ini membuatku tenang, walaupun tidak bisa menghilangkan masalah yang aku tanggung.

Semua ini bermula dari 2 bulan yang lalu.

~Flash Back~

Author POV

———-Hanpar Senior High School———

            Musim dingin, musim yang paling menyebalkan bagi murid kelas 3 Hanpar SHS. Mengapa tidak? Mereka harus menghadapi ujian demi ujian, mulai dari Ujian Kelulusan, lalu dilanjut dengan Ujian masuk universitas.

            Sama dengan yang dirasakan Sunny. Walaupun pintar, Sunny tetap bekerja keras untuk bisa masuk ke Myeongji University, Universitas yang sudah lama ia impikan. Sunny belajar siang dan malam, mulai dari berangkat sekolah, saat di bus, dikantin, lalu pulang sekolah dan hingga tidur, Sunny tidak lepas darri buku pelajarannya.

            Hingga hari menegangkan itu datang, Sunny siap berangkat kesekolah ketika tiba-tiba dia kehilangan keseimbangan, ia berjalan terhuyung-terhuyung.

“Sunny-ah, gwenchanayo? apa kamu sakit?” Tanya oemma Sunny khawatir melihat anaknya yang pucat.

“Gwenchana oemma, mungkin karena tadi malam aku belajar semalaman. Sunny pergi dulu ya oemma, jangan lupa doakan anak mu ini!” ucap Sunny riang, berusaha untuk mengabaikan pusing yang sudah menusuk nusuk kepalanya.

——–1 Minggu Kemudian————-

            Sudah 1 Minggu berlalu semenjak ujian kelulusan Hanpar SHS. Dan hasil ujiannya pun sudah keluar, siswa-siswa menunggu dirumah mereka, menunggu kedatangan Pak pos yang akan menentukan masa depan mereka. Pak pos yang mengantarkan surat-surat kelulusan pada semua siswa.

Sunny POV

“Sunny! Pak pos datang sayang!!” teriak appa Sunny yang kebetulan pada hari itu sedang berada di rumah.

“Nee appa! Sebentar!” ucap Sunny, sambil berlari tak sabar untuk membukakan pintu rumahnya. Setelah Sunny mendapatkan apa yang dia mau, yaitu surat penentuan kelulusan, dia langsung pergi ke kamarnya.

SURAT HASIL UJIAN KELULUSAN

NAMA: Lee Sunkyu

KELAS: 3-A

 Siswa/i yang bernama Lee Sunkyu dinyatakan:              LULUS/TIDAK LULUS                      Dari Hanpar Senior High School.

 

            I…i…ini tidak mungkin terjadi, aku mana mungkin tidak lulus, ini pasti mimpi. Ya ini pasti mimpi. Atau mungkin ada kesalahan, surat ini pasti bukan untukku. “Appa!! Oemma!!” aku memanggil orangtuaku, yang langsung di balas dengan tatapan kekhawatiran dari mereka.

“Waeyo sayang? Kenapa kamu menangis? Bagaimana dengan hasil ujianmu sayang? ” Tanya oemma, tampak jelas kebingungan diwajahnya.

“Lihat ini, oemma, appa, lihat suratnya” jawabku sambil memberikan surat yang aku pegang kepada orangtuaku.

            Orangtuaku membacanya. Kaget, bingung, juga kecewa, ekspresi itulah yang aku cerna dari wajah mereka. Aku menangis dengan keras, kututupi wajahku. Malu. Itu yang kurasakan.

~flashback end~

            Aku sudah tidak tahan lagi, ini sudah keterlaluan. Aku takut, juga malu. Kukeluarkan pisau lipat dari tasku….

            Sambil menangis aku menggambar muka murung di batang pohon sakura yang tadi menjadi tempatku bersandar. Aku bukan Sunny yang periang seperti dulu, bukan Sunny yang ceria dan tidak mudah menyerah.

“Hei kau! Kasihan pohon sakuranya kalau disakiti seperti itu!” aku kaget karena mendengar suara berat seorang namja, dan langsung berbalik, mencari sosok namja yang berteriak tadi. Tapi ternyata namja itu sudah berada didekatku, mengambil pisau lipatku, dan melihat ke batang pohon malang itu.

“Kau ini, jangan menggambar di pohon dong, apalagi di pohon sakura yang sedang mekar, dasar yoeja aneh!” katanya sambil memandangku.

“Apaan sih? Kau itu yang aneh, tiba-tiba datang dan memarahiku, memangnya kau siapa? Orangtuaku? Presiden? Member Super Junior? Huh?” ucapku sinis seraya memandang matanya. Aigo, walaupun dia menyebalkan, dia itu namja tertampan yang pernah aku temui. Matanya indah, membuatku ingin menjadi satu-satunya yoeja yang dia lihat, dan rambutnya……….. berkilau.

            Tapi….. wajah dan bibirnya pucat. Dia lebih tinggi dari pada aku, tapi badannya kurus. Bajunya tebal, dia juga memakai sarung tangan. Coba bayangkan, memakai baju seperti itu pada musim semi? Aneh.

“Ck, yasudah kalau begitu, mian karena telah memarahimu. Tapi jebal, jangan menyakiti pohon sakura itu, arrasseo? Biarkan aku memperkenalkan diri, Lee Sungmin imnida, aku tinggal dirumah sakit itu” dia berbicara dengan lembut, sambil menunjuk rumah sakit tepat disebelah taman universitas ini.

“ Arra…Lee Sunny imnida. Hmmm, memangnya kau sakit apa?”tanyaku mencoba berbaik hati pada namja ini.

“Aku punya penyakit keturunan. Kau kenapa? Tadi saat kau menggambar ini di pohon, kau terlihat seperti pembunuh kejam tau. Hampir saja aku memanggil petugas keamanan. Tapi mana ada pembunuh yang cengeng sepertimu.” Dia mengatakannya sambil tertawa riang, kututup mukaku dengan tangan untuk menutupi rona merah di wajahku.

“A..A…aku hanya tidak tahan lagi, aku malu. Memangnya kalau kau menjadi aku kau akan tahan hah? Memangnya kau tidak akan malu kalau kau tidak lulus ujian kelulusan dan tidak bisa meneruskan ke universitas yang kau inginkan?” aku menjelaskan kepadanya, seraya menangis dan masih tetap menutup wajahku.

 Tiba-tiba, ada yang memegang tanganku, hangat. Menariknya lembut, menjauhkan tanganku dari mukaku, menggenggamnya erat. Lalu menghapus air mata ku dengan hati-hati. Lee Sungminlah yang melakukan semua itu.

“Cup cup jangan menangis lagi, lihat mukamu berantakan. Aku mengerti apa yang kamu rasakan, karena aku juga merasakannya. Aku juga tidak bisa bersekolah karena penyakit sialan ini, penyakit yang membunuh appaku. Aku malu. Karena setiap orang yang datang menjenguk pasti menunjukkan muka kasian. Jadi tolong, jangan menangis lagi, aku mohon”

            Aku memandangnya, masih dengan mata berkaca-kaca. “Bolehkah aku pinjam pundakmu sebentar? Aku ingin menangis dipundakmu. Aku berjanji ini terakhirkalinya aku menangis.” Tanpa aba-aba lagi dia langsung memelukku, erat. Akupun menangis, menumpahkan semuanya hari ini. Dan aku mendengar suara tangis seorang namja, bukan suara tangisku. Ya, Sungmin menangis.

————-Besoknya————-

Life could get better Hey!~

            Lagu Miracle-Super Junior membangunkanku, jam 6 pagi. Akupun beranjak dari tempat tidurku dan masuk kekamar mandi. Kupandangi wajahku di cermin, tampak lebih cerah. Dengan enggan aku mencoba tersenyum, aahh begini lebih baik. Kunyalakan shower dan mandi.

            Selesai mandi, aku berdandan dan memilih baju. Pilihanku tertuju pada celana pendek jeans warna biru, dan kaos putih dengan lengan ¼. Rambut panjangku, dikepang dua, setelah siap kusambar tas tangan ku dan turun kebawah.

 

            Sebelum pergi aku berniat membuat makanan untuk acara piknik kali ini, jadi kuputuskan untuk membuat kimbab. Aku pergi ke dapur, tidak ada orang. Aish Tidak mungkin aku membuat kimbab sendirian, semua orang tau aku payah dalam hal masak memasak. Jadi aku pergi kekamar oemma dan appa untuk membangunkan oemma.

“Oemmaa, banguun, bantu aku memasak oemma” rengekku sambil menggoyang-goyangkan tubuh oemma.

“Hah? Memasak? Untuk apa sayang? Oemma masih mengantuk” ucap oemma dengan suara serak sehabis bangun tidur, ia mengusap mata agar terbangun sepenuhnya.

“Bantu aku membuat kimbab oemma, jebal. Aku mau membawa makanan untuk piknik”setelah sepenuhnya sadar, oemma menatapku kaget. Oemma menatapku dari rambut ke kaki, lalu bertanya “Kau mau Kemana? Piknik? Dengan siapa sayang?”

“Dengan temanku oemma, ayo bangun oemma aku bisa telat, kajja oemma!”

———–Seoul University Park———

            Sudah setengah jam aku menunggu di pohon sakura kemarin, tapi Sungmin belum datang juga, kemana sebenarnya dia? Apa dia tipe namja yang suka memainkan yoeja? Membuat janji dengan yoeja tapi tidak menepatinya? Aish jangan berprasangka buruk Sunny. Aku yakin Sungmin bukan orang seperti itu. Aku harap.

“Sunny-ah!!” Terdengar suara namja yang aku tunggu tunggu. Ya, Lee Sungmin akhirnya datang.

“Aish! Kau ini kemana saja?? Ini sudah setengah jam aku disini, janjinya kan jam 8!” omelku langsung kepada Sungmin.

“Mianhaeyo Sunny-ah, tadi ada urusan sebentar. Hmm baunya enak, apa yang kamu bawa itu? Kimbab? Asyiiiik! Aku sangat suuuuuuka kimbab!!!! Gomawo Sunny-ah”ucapnya sambil memakan kimbab yang kubawa.

PLAKK aku memukul lengannya dan mengambil piring yang berisi kimbab dari tangannya. “Ya! Kata siap itu buatmu Sungmin-ah!!! Kau harus membayarnya, tidak ada yang gratis didunia ini!!”

“Tapi…………..aku lapar, rumah sakit tidak menyediakan makanan enak seperti ini, keluargaku juga tidak membawa makanan enak setiap kali kerumah sakit”ucapnya sedih sambil menundukkan kepalanya, aigo aku tidak tega.

“Ne.. Ne… kamu boleh makan seeeeemuanya” kataku sambil mengusap kepalanya. Dan dibalas dengan kecupan singkat dipipiku. Blush~ pipiku merona merah, aku malu. Bukan malu yang menyedihkan seperti kemarin, melainkan malu yang sangat sangat menyenangkan.

“Gomawo Sunny-ah, kau itu yoeja terbaik, terpintar dan tercantik didunia, semua namja pasti ingin menjadi namjachingumu” ya, tapi aku hanya ingin kamu yang menjadi namjachinguku Sungmin-ah, batinku.

            Setelah dia kenyang melahap kimbab yang aku buat, diapun langsung tertidur dipangkuanku, tanpa meminta izin terlebih dahulu. “Ya! Sungmin-ah! Jangan seenaknya! Aish kau ini! Ayo bangun!”

“Sebentar saja, jebal. Aku mohon jangan bergerak, Aku hanya akan tertidur sebentar. Setelahnya, kau boleh memarahiku sepuasnya.” Diapun tertidur dipangkuanku.

—–30 menit kemudian—-

            Cup~ ada yang menciumku sekilas. Lagi. Tapi bukan dipipi, melainkan dibibir. Ciuman itu membuatku terbangun. Saat membuka mata, aku melihat wajah Sungmin yang hanya berjarak beberapa centi denganku. Dengan jarak sedekat ini, aku bisa melihat mata indahnya lebih dekat. Kalau tidak hati-hati mungkin aku akan tenggelam didalamnya.

            Oh tidak. Wajahnya mendekat, akupun memejamkan mata. Dia tidak mungkin mencium ku lagi. Oh tidak. Oh tidak. Oh ya. Dia menciumku. Kali ini tidak sekilas, bibirnya menyentuh bibirku lama. Lalu dia mencium dahiku, kedua pipiku, dan batang hidungku, lalu mengusap kepalaku. “Akhirnya kau bangun juga, kau tadi tidur nyenyak sekali, aku tidak tega membangunkan mu. Jadi aku menciummu. Hehehehe” jelasnya malu sambil menggaruk kepalanya.

“AAAAWWW” teriaknya “Kenapa kau mencubitku? Aku salah apaa???”

“Kau. Telah. Merebut. Ciuman. Pertamaku. Hanya. Untuk. Mem. Bang. Ngun. Kan. Ku. Sekarang kembalikan ciuman itu!!!” pintaku marah kepadanya.

“Ba…Bagaimana caranya?”tanyanya bingung.

“Peluk aku!” pintaku lagi sambil membuka tanganku.

“Aishh, baiklah” diapun memelukku dan berbisik ditelingaku. “Saranghae Sunny-ah, maukah kamu menjadi yoejachinguku? Tidak usah dijawab sekarang, kau pasti harus memikirkannya terlebih dahulu, aku pamit dulu yah. Pasti dokter menyebalkan dirumah sakit itu sudah menungguku” diapun beranjak dari duduknya dan mengedipkan sebelah matanya padaku. Lalu pergi.

Sungmin POV

            Setelah menemui Sunny, akupun pulang ke rumah sakit. Dengan susah payah aku mencapai kamarku tanpa dilihat seorang suster/dokter pun. Saat sudah berada didepan pintu kamarku dan berniat untuk masuk, tiba-tiba ada yang menepuk pundakku. Akupun menoleh untuk melihat siapa yang menepukku. Dan yang kulihat adalah wajah seram dokter yang merawatku. Yang taklain adalah hyungku. Leeteuk hyung.

“Ya! Kau ini kemana aja Sungmin-ah! Kamu membuat oemma khawatir, kau kan belum sembuh total. Kalau tiba-tiba penyakitmu kambuh bagaimana?” omel hyungku itu tanpa jeda. Aish cerewet.

“Mian hyung, aku berpiknik di dekat pohon sakura itu” kataku sambil menunjuk jendela yang menghadap tepat ke pohon tersebut. Dari jendela itulah aku pertama kali melihat Sunny.

“Yasudah cepat tidur!” Leeteuk hyung menyuruh tegas.

“Aish, tidak bisa kah kau menyayangi dongsaengmu satu-satunya ini? Kalau aku mati, kau pasti akan menyesalinya. Jadi sayangilah dongsaengmu hyung.” Candaku kepada Leeteuk hyung yang sepertinya dianggap serius oleh Leeteuk Hyung.

“Jangan bicara yang tidak-tidak cepat tidur kalau kau tidak ingin mati cepat” Walaupun sifatnya tegas tapi aku tau hyung menyayangiku. Akupun tertidur pulas.

Author POV

            Setelah acara piknik itu, mereka berdua, Lee Sunny dan Lee Sungmin menjadi lebih sering bertemu. Setiap pagi mereka bergegas pergi ke pohon sakura, dan menunggu satu sama lain. Orangtua Sunny dan oemma juga hyungnya Sungmin sudah saling kenal. Mereka menyetujui jika kedua anak mereka bertemu. Mereka menganggap kalau Sungmin dan Sunny berpacaran.

            Namun sebenarnya tidak, karena setiap Sunny ingin membalas pernyataan cinta dari Sungmin, namja itu selalu menghindar atau mengalihkan pembicaraan. Walaupun begitu, keadaannya tetap baik-baik saja. Sunny dan Sungmin masih tetap bertemu hingga malam itu tiba.

            Penyakit Sungmin kambuh lagi. Dia meremas seprai tempat tidur rumah sakit. Mencoba memanggil suster, hingga akhirnya suster pun datang bersama hyungnya. Leeteuk langsung mengambil alih, memeriksa Sungmin dengan wajah khawatir. Dan memberi obat bius kepada Sungmin, hingga Sungminpun tertidur. Lalu Leeteuk keluar dari kamar Sungmin dan menjelas kan pada oemmanya.

“Oemma, penyakit jantung Sungmin makin kritis, kita tidak bisa membiarkan dia tetap dirumah sakit kecil ini. Alat-Alat medis disini kurang memadai. Kita harus membawa Sungmin ke rumah sakit di Seoul. Dia harus melakukan pencangkokan jantung”

“Tapi dia tidak mungkin mau jauh dari Sunny, berapa lama waktu yang Sungmin butuhkan untuk berada di Seoul?” Tanya oemma Leeteuk kepadanya.

“Aku tidak tau oemma, mungkin sampai musim semi berikutnya, baru kita bisa membawa Sungmin kembali. Aku akan memesan tiket untuk lusa oemma, aku mau memberi dia satu hari untuk pergi bersama Sunny, dan mengucapkan salam perpisahan” jelas Leeteuk.

“Ne, oemma percaya padamu. Kapan kamu akan memberi tau dongsaengmu itu?”

“Secepatnya oemma, aku akan memberitau Sungmin saat dia sadar dari obat biusnya”

“Baiklah, cepat tidurlah, oemma yang akan menjaga Sungmin” perintah oemmanya kepada Leeteuk.

———————-Blooming Sakura———————-

Sunny POV

Life could get better hey!~

            Seperti hari biasa, aku pun terbangun karena lagu Miracle-Super Junior untuk menemui seseorang yang telah menjadi keajaiban bagiku. Namja yang tiba-tiba datang membawa matahari kepadaku. Sekarangpun aku ingin menemuinya.

            Setelah selesai mandi, aku memilih baju biru dan rok putih, memakai high heels, mengambil tas, dan mengucir kuda rambutku. Setelah siap aku pun berangkat.

 

———Myeongji University Park——–

            Hhhhh, sudah satu jam. Ini sudah keterlaluan, Sungmin tidak pernah seterlambat ini. Tapi bukan marah yang kurasakan, melainkan khawatir, mungkinkah sesuatu terjadi padanya? Apakah penyakitnya kambuh? Tapi sebenarnya penyakit apa yang dia derita? Aigoo, Sunny pabo. Sampai sekarang bahkan kamu tidak tau penyakit namja yang kamu suka? Paboya!

            Sekarang aku benar benar panik, tanpa pikir panjang aku bergegas ke rumah sakit. Setelah sampai di lobinya aku bingung. Sungmin juga tidak pernah memberitau nomer kamar rumah sakitnya.

            Untung aku melihat resepsionis di lobi itu, aku bertanya kepada wanita cantik yang menyanggul rambutnya rapi. “Annyeonghaseyo, aku ingin bertanya, apakah ada pasien bernama Lee Sungmin?”

“Annyeong, sebentar saya cari dulu ya” jawabnya lembut. Dengan cekatan perempuan itu mencari nama Sungmin di komputer. Dan beberapa menit kemudian diapun memberitauku, “Lee Sungmin berada di kamar 101, kamar itu ada dilantai 3, dekat lift”

“gomawoyo” kataku sambil membungkukkan badan, lalu pergi mencari Sungmin.

———————-Blooming Sakura———————-

            Dan disinilah aku sekarang, didepan kamar Sungmin. Semoga kekhawatiran ku tidak benar, semoga tidak terjadi hal buruk. Tanpa babibu lagi, akupun mengetok kamar Sungmin. Tidak lama, pintunya terbuka, dan oemma Sungminlah yang menyambutku ramah.

“Annyeong Sunny-ah, kau pasti ingin bertemu dengan Sungminkan? Ayo masuk” katanya ramah.

“Annyeong agahssi, ne aku ingin bertemu dengannya” kataku, membungkukkan badan dan masuk kedalam kamar itu.

            “Sunny-ah, Agahssi ambil minum dulu ya buat kalian berdua” pamit oemma Sungmin. Meninggalkan aku dan Sungmin berdua. Akupun dengan enggan berjalan menghampiri Sungmin yang sedari tadi hanya berdiri terdiam menghadap jendela besar. Di balik badannya, aku bisa melihat pohon sakura tempat aku dan Sungmin pertama bertemu.

            “Waaah, lihat itu, pohon sakuranya terlihat jauuuuh lebih indah dari sini. Kau ini Sungmin, pelit sekali. Kenapa kau tidak pernah mengajakku kesini?” ucapku mencairkan suasana karena Sungmin yang sejak tadi tidak berbicara.

            “Karena aku tidak mau kamu melihatku seperti ini. Lemah, memakai baju rumah sakit, dengan wajah pucat. Aku tidak mau kamu mengasihaniku, aku tidak ingin kamu tau, bahwa ketegaran, dan keceriaan itu hanya sandiwara. Sebenarnya aku tidak seperti itu, aku ini namja tidak berguna, aku tidak akan hidup kalau tidak dibantu dengan obat-obatan dan alat-alat itu, aku…….” Aku memegang wajahnya, dan menghadapkannya padaku. Dengan sedikit berjinjit, akupun mencium bibirnya lama, lalu melingkarkan tangan ku dipinggangnya. Memeluknya erat. Dan tidak melepaskannya sampai kurasakan degup jantungnya yang perlahan-lahan menjadi pelan.

            Setelah dia menenang, aku berhenti menciumnya, namun tidak melepaskan lenganku darinya. “Kau tidak lemah, kau bahkan namja paling tegar yang pernah aku temui. Dengar ya Sungmin-ah, aku tidak berkata seperti itu hanya untuk menghiburmu, tapi memang itulah kenyataannya. Dan satu lagi, aku tidak akan mengasihanimu kau tau? Memangnya dengan melihatmu memakai baju rumah sakit, aku akan memaafkan keterlambatan 1 jammu hah?” Omelku padanya, yang dibalas dengan senyuman darinya “Nah begitukan lebih baik” kataku mengomentari senyum diwajahnya.

            “Pemandangan disini indah sekali, kalau aku jadi kamu mungkin aku akan betah disini berlama-lama” pernyataanku membuat dia tersenyum lagi, diapun berbicara.

            “Yaa, memang, apalagi setelah aku melihat yoeja yang mirip dengan pembunuh cengeng menggambar sesuatu di pohon. Sebelum itupun, aku sering memerhatikanmu dari sini Sunny. Setiap hari setelah musim dingin, kamu datang dan duduk dibawah pohon sakura itu dengan wajah murung. Jujur, sejak pertama aku melihatmu, aku sudah menyukai mu. Saranghaeyo Sunny-ah”

            “Nado saranghaeyo Sungmin-ah” jawabku polos. “Aku juga ingin jujur, kalau pada saat kamu memarahiku aku sudah menyukaimu. Tapi kamu bahkan tidak pernah memberi kesempatan padaku untuk menjelaskannya padamu” kataku sambil menggembungkan pipiku.

“Aigoo, kau ini, harusnya aku memanggilmu aegyo queen, kau tidak tau betapa cantik dan imutnya kamu Sunny” pujinya sambil mencubit pipiku yang tadi kugembungkan.

“Jadi kalau begitu kaulah aegyo kingnya, karena kau namjachinguku. Dan queen berpasangan dengan king” jelasku polos.

“Mwo? Pede sekali, siapa bilang aku namjachingumu hah?”goda Sungmin.

“Jadi kau tidak mau menjadi namjachingu yoeja yeppeo, aegyo, pintar, dan baik sepertiku hah? Yasudah, jangan salahkan aku kalau aku menikah dengan orang lain dan kau tidak akan bertemu denganku lagi” canda ku membalas Sungmin.

            Tapi setelah itu, Sungmin tiba-tiba menarikku kepelukannya, dan berkata “Jangan pernah bicara seperti itu Sunny-ah, aku tidak akan kehilanganmu. Aku mohon, kamu mau berjanji menungguku hingga bunga sakura mekar kembali. Aku mohon, jebal Sunny-ah”

            Suaranya terdengar serius, aku baru menyadari kalau ini bukan bercanda. Dia serius. Menunggunya? Memangnya dia mau kemana?

            “Aku mempunyai penyakit jantung akut, dan hyungku bilang, kalau tidak segera diobati, aku akan menyusul appa ke surga—” jelasnya seperti bisa membaca pikiranku. “—dulu mungkin aku ingin segera menyusulnya, tapi aku berubah pikiran setelah menemuimu. Aku akan pergi ke Seoul untuk menjalankan operasi pencangkokan jantung. Jadi aku mohon Sunny-ah, maukah kamu menungguku?”

            “Ta……pi, siapa yang akan menghiburku? Aku tidak mungkin bertahan satu tahun tanpamu Sungmin” walaupun terdengar egois, tapi aku tidak peduli. Aku tidak ingin kehilangan dia.

            “Aku yakin kamu bisa Sunny-ah, kamu yoeja yang tegar. Pegang janjiku, aegyo king akan kembali untuk melindungi aegyo queen. Anggap saja aku sedang melaksanakan pelatihan menjadi raja, untuk bisa menjaga ratuku. Saat aku kembali nanti, aku harap kamu bisa menjadi mahasiswa di Myeongji University. Aku mohon jangan menangis, kamu sudah berjanji untuk tidak menangis lagi bukan? Aku akan pergi besok, tolong jangan berpaling ke namja lain, arrasseo? Jaga kesehatanmu, jangan merusak pohon sakura lagi selama aku pergi, dan tetaplah makan banyak!” dia mengacak ngacak rambutku, dan mengecupnya lembut.

            Aku hanya bisa terdiam dipelukannya, Sungminku, dia akan pergi. Selama setahun. Apa aku akan tahan? Tapi aku tidak boleh egois, dia pergi agar dia bisa sembuh. Jadi inilah yang kulakukan, melepaskan pelukanku, tersenyum, mencium pipinya kilat, dan akupun berbicara “Aku berjanji, aegyo queen tidak akan berpaling ke namja lain, akan mematuhi semua pesan dari aegyo king dan masuk ke Myeongji University. Dan aegyo queen juga berjanji akan menunggu aegyo king sampai aegyo king pulang dari pelatihannya. Saranghaeyo Sungmin-ah, jaga kesehatanmu”

            Cup~ aku mencium bibirnya kilat, menyambar tasku, dan pergi keluar dari kamar itu sambil menghapus air mata yang sudah tidak bisa kutahan lagi. Aku membungkuk kepada oemma Sungmin yang kutemui dilorong, dan berlari meninggalkan rumah sakit.

———————-Blooming Sakura———————-

Sunny POV

Life could get better hey!~

            Sudah satu tahun berlalu, hari ini, hari pertama musim semi. Bunga sakura pun sudah mekar dengan indahnya. Aku beranjak dari tempat tidur, dan bergegas mandi.

            Setelah mandi, akupun memilih dress bercorak bunga, mantel coklat dan membiarkan rambutku tergerai, untuk menemaniku pada hari pertama menjadi mahasiswi di Myeongji University. Ya, aku sudah menepati salah satu janjiku kepada namja itu.

 

            Tanpa menunggu lama lagi, akupun berpamitan kepada oemma dan appa, dan berangkat ke kampus.

———————-Blooming Sakura———————-

            Setelah pelajaran usai, aku memilih pergi ke pohon sakura tempatku bertemu namja itu. Hhhh sudah lama sekali aku tidak kesini, banyak yang berubah ternyata. Namun tidak pada batang pohon sakura ini, masih ada muka murung yang aku gambar dengan kejam dulu. Hahahaha kalau mengingat kejadian itu rasanya membuatku tidak bisa berhenti tersenyum.

            Saat sedang asyik bernostalgia dengan batang pohon sakura itu, tiba-tiba ada seseorang yang menempelkan stiker senyum pada muka murung di batang pohon sakuranya. Akupun berbalik untuk melihat siapa yang menempelkannya. Dan ternyata seorang namja, akupun tersenyum cerah kepada namja itu. Lalu dia membuka topinya……

            “Leeteuk oppa?”  Ya, Leeteuk oppa lah yang menempelkan stiker senyum itu. Seketika aku terduduk dan menangis, apakah terjadi sesuatu pada Sungmin? Apakah dia tidak bisa bertahan menghadapi operasi pencangkokkan jantung itu? Harusnya aku tidak membiarkannya pergi, aku tidak ingin kehilangan dia.

“Sunny-ah, bangunlah, Sungmin memintaku untuk tidak membuatmu menangis” ucap Leeteuk oppa menenangkanku.

“Tapi…..tapi oppa, dimana Sungmin-ah? Apakah hal buruk terjadi padanya? Aku mohon bicaralah oppa!”

“Mianhaeyo Sunny-ah, aku tidak bisa memberitaukannya padamu, maukah kau ikut denganku Sunny?” pinta Leeteuk oppa dengan lembut.

            Akupun mengangguk dan membiarkan Leeteuk oppa memegangiku menuju mobilnya. Diperjalanan, aku hanya terdiam menghadap kejendela. Pikiranku kosong, aku tidak ingin berbicara sedikitpun. Dan sepertinya Leeteuk oppa menghargai itu, karena oppa tidak mencoba bertanya apapun padaku.

            Leeteuk oppa, menyetir mobilnya masuk ke gerbang besar. Di gerbang itu terpampang nama keluarga ‘Lee’ seketika aku tau bahwa itu adalah rumah Sungmin. Rumah itu sangat sangat besar, kau bahkan mungkin akan mengira itu adalah sebuah istana. Cat putih indah, dengan taman yang luas. Dan ditaman itu, ada satu pohon sakura yang bunganya mekar dengan sangat indah.

            Setelah memarkirkan mobilnya, Leeteuk oppa membukakan pintu mobilnya dan menunjuk pohon sakura di taman itu. Akupun berjalan menghampiri pohon yang besar itu. Mataku masih perih setelah menangis, ditambah lagi dengan angin musim semi, membuatnya semakin perih.

            Semakin dekat aku dengan pohon sakura itu, dibaliknya, aku bisa melihat seorang namja yang sedang duduk bersandar di pohon. Dan ternyata namja itu adalah Lee Sungmin! Hatiku terasa lega seketika setelah melihatnya, aku berlari menghampiri Sungmin dan memanggilnya. “Ya! Lee Sungmin!” dia berbalik, dan wajahnya menjadi cerah. Setidaknya itulah yang kurasakan.

            “Ya! Kau ini, aku kira terjadi sesuatu padamu, kau ini benar benar namja pabo!” aku mengomel kepada Sungmin, air mata yang tadi sudah berhenti, mendadak keluar lagi. Akupun menangis. Sungmin memelukku, dan mengusap punggungku “cup cup, kau melanggar janjimu Sunny-ah! Aku harus menghukummu!”

            Aku masih tetap menangis, aku menangis karena aku bahagia. Akhirnya namja yang kucintai sudah kembali. Sungminku sudah kembali.

            “Shh….aku mohon, berhenti menangis Sunny-ah.” Sungminpun mencium kedua kelopak mataku dan menghapus air mata dipipiku. Lalu tiba tiba dia berlutut dihadapanku dan berkata dengan lembut. “Jeongmal saranghaeyo jagiya, will you marry me, My aegyo queen?”

            Mwo? Sungmin melamarku? Ini bukan mimpi kan? jantungku berdegup cepat, rasanya seperti tak sabar ingin keluar dari tempatnya, aku pun menjawab pernyataan Sungmin. “Nado saranghaeyo Sungmin-ah, Yes, I do.” Tiba-tiba dia mengeluarkan handphonenya, dan memainkan lagu Marry U-Super Junior.

            Dari dalam rumah, keluarlah Leeteuk oppa, oemma, appa, dan agahssi sambil bertepuk tangan dan memeluk aku dan Sungmin bergantian. Akhirnya aegyo queen mendapatkan akhir yang bahagia.

Love oh baby my girl
You are my all
So beautifully radiant, my bride
A gift from God
Are you happy
Tears fall from your dark eyes
Untill your dark hair turns white

My love, my girl
I’ll swear my love
Saying I love you
I want to do it every day for a lifetime
Would you marry me?

Loving and cherishing you
I want to live this way
Every time you fall asleep
I want it to be in my arms
Would you marry me?
Would you consent to this heart of mine?

For a lifetime I’ll be by your side, I do
Loving you, I do
Cherishing you through the snow and rain, I do
I’ll protect you, My love

Her wearing a white dress
Me wearing a tuxedo
We walk matching our pace
On the moon and star, I swear
I don’t like lies, I don’t like doubt
My loving princess

Stay with me
Even as we age
I want to go about is smiling
Would you marry me?
Would you spend my days with me?

Through hardships and difficulties, I do
I’ll always be there, I do
Through our many days together, I do
I’ll be thankful every day, My love
Accept this shining ring in my hand
That I’ve prepared from awhile back
With the same feelings today

I’ll remember the promise made right now
Would you marry me?
For a lifetime I’ll be by your side, I do
Loving you, I do
Cherishing you throught the snow and rain, I do
I’ll protect you, My love

I have nothing else to give you but love
That’s all, hardly valuable
Though I’m clumsy and am lacking
My love, my girl
I’ll protect you

Will you promise me just one thing

THE END

Author POV

————Myeongji University————

            Pagi itu, musim semi. Pohon-pohon sakura di taman belakang Myeongji University mekar dengan riangnya. Sangat berbeda dengan perasaan seorang yoeja yang duduk di bawah salah satu pohon itu.

            Tidak terlihat segurat senyumpun diwajahnya, hanya kesedihanlah yang sangat kentara. Yoeja itu bernama Lee Sunny.

Sunny POV

            Hhh, aku ingin sekali menangis, tapi air mata menyebalkan ini sudah enggan keluar dari tempatnya. Entah kenapa, seberapa lamapun aku menangis tetap tidak bisa melepaskan semua beban dan malu ini. Aku benci semua orang, seakan-akan mereka bersenang-senang diatas kesedihanku.

            Aku berada di Myeongji University, salah satu universitas ternama di  Busan, bukan untuk menjadi mahasiswi disini. Tetapi untuk melepas kesedihan dengan menatap bunga sakura yang mekar pada musim semi. Keadaan ditaman ini membuatku tenang, walaupun tidak bisa menghilangkan masalah yang aku tanggung.

Semua ini bermula dari 2 bulan yang lalu.

~Flash Back~

Author POV

———-Hanpar Senior High School———

            Musim dingin, musim yang paling menyebalkan bagi murid kelas 3 Hanpar SHS. Mengapa tidak? Mereka harus menghadapi ujian demi ujian, mulai dari Ujian Kelulusan, lalu dilanjut dengan Ujian masuk universitas.

            Sama dengan yang dirasakan Sunny. Walaupun pintar, Sunny tetap bekerja keras untuk bisa masuk ke Myeongji University, Universitas yang sudah lama ia impikan. Sunny belajar siang dan malam, mulai dari berangkat sekolah, saat di bus, dikantin, lalu pulang sekolah dan hingga tidur, Sunny tidak lepas darri buku pelajarannya.

            Hingga hari menegangkan itu datang, Sunny siap berangkat kesekolah ketika tiba-tiba dia kehilangan keseimbangan, ia berjalan terhuyung-terhuyung.

“Sunny-ah, gwenchanayo? apa kamu sakit?” Tanya oemma Sunny khawatir melihat anaknya yang pucat.

“Gwenchana oemma, mungkin karena tadi malam aku belajar semalaman. Sunny pergi dulu ya oemma, jangan lupa doakan anak mu ini!” ucap Sunny riang, berusaha untuk mengabaikan pusing yang sudah menusuk nusuk kepalanya.

——–1 Minggu Kemudian————-

            Sudah 1 Minggu berlalu semenjak ujian kelulusan Hanpar SHS. Dan hasil ujiannya pun sudah keluar, siswa-siswa menunggu dirumah mereka, menunggu kedatangan Pak pos yang akan menentukan masa depan mereka. Pak pos yang mengantarkan surat-surat kelulusan pada semua siswa.

Sunny POV

“Sunny! Pak pos datang sayang!!” teriak appa Sunny yang kebetulan pada hari itu sedang berada di rumah.

“Nee appa! Sebentar!” ucap Sunny, sambil berlari tak sabar untuk membukakan pintu rumahnya. Setelah Sunny mendapatkan apa yang dia mau, yaitu surat penentuan kelulusan, dia langsung pergi ke kamarnya.

SURAT HASIL UJIAN KELULUSAN

NAMA: Lee Sunkyu

KELAS: 3-A

 Siswa/i yang bernama Lee Sunkyu dinyatakan:              LULUS/TIDAK LULUS                      Dari Hanpar Senior High School.

 

            I…i…ini tidak mungkin terjadi, aku mana mungkin tidak lulus, ini pasti mimpi. Ya ini pasti mimpi. Atau mungkin ada kesalahan, surat ini pasti bukan untukku. “Appa!! Oemma!!” aku memanggil orangtuaku, yang langsung di balas dengan tatapan kekhawatiran dari mereka.

“Waeyo sayang? Kenapa kamu menangis? Bagaimana dengan hasil ujianmu sayang? ” Tanya oemma, tampak jelas kebingungan diwajahnya.

“Lihat ini, oemma, appa, lihat suratnya” jawabku sambil memberikan surat yang aku pegang kepada orangtuaku.

            Orangtuaku membacanya. Kaget, bingung, juga kecewa, ekspresi itulah yang aku cerna dari wajah mereka. Aku menangis dengan keras, kututupi wajahku. Malu. Itu yang kurasakan.

~flashback end~

            Aku sudah tidak tahan lagi, ini sudah keterlaluan. Aku takut, juga malu. Kukeluarkan pisau lipat dari tasku….

            Sambil menangis aku menggambar muka murung di batang pohon sakura yang tadi menjadi tempatku bersandar. Aku bukan Sunny yang periang seperti dulu, bukan Sunny yang ceria dan tidak mudah menyerah.

“Hei kau! Kasihan pohon sakuranya kalau disakiti seperti itu!” aku kaget karena mendengar suara berat seorang namja, dan langsung berbalik, mencari sosok namja yang berteriak tadi. Tapi ternyata namja itu sudah berada didekatku, mengambil pisau lipatku, dan melihat ke batang pohon malang itu.

“Kau ini, jangan menggambar di pohon dong, apalagi di pohon sakura yang sedang mekar, dasar yoeja aneh!” katanya sambil memandangku.

“Apaan sih? Kau itu yang aneh, tiba-tiba datang dan memarahiku, memangnya kau siapa? Orangtuaku? Presiden? Member Super Junior? Huh?” ucapku sinis seraya memandang matanya. Aigo, walaupun dia menyebalkan, dia itu namja tertampan yang pernah aku temui. Matanya indah, membuatku ingin menjadi satu-satunya yoeja yang dia lihat, dan rambutnya……….. berkilau.

            Tapi….. wajah dan bibirnya pucat. Dia lebih tinggi dari pada aku, tapi badannya kurus. Bajunya tebal, dia juga memakai sarung tangan. Coba bayangkan, memakai baju seperti itu pada musim semi? Aneh.

“Ck, yasudah kalau begitu, mian karena telah memarahimu. Tapi jebal, jangan menyakiti pohon sakura itu, arrasseo? Biarkan aku memperkenalkan diri, Lee Sungmin imnida, aku tinggal dirumah sakit itu” dia berbicara dengan lembut, sambil menunjuk rumah sakit tepat disebelah taman universitas ini.

“ Arra…Lee Sunny imnida. Hmmm, memangnya kau sakit apa?”tanyaku mencoba berbaik hati pada namja ini.

“Aku punya penyakit keturunan. Kau kenapa? Tadi saat kau menggambar ini di pohon, kau terlihat seperti pembunuh kejam tau. Hampir saja aku memanggil petugas keamanan. Tapi mana ada pembunuh yang cengeng sepertimu.” Dia mengatakannya sambil tertawa riang, kututup mukaku dengan tangan untuk menutupi rona merah di wajahku.

“A..A…aku hanya tidak tahan lagi, aku malu. Memangnya kalau kau menjadi aku kau akan tahan hah? Memangnya kau tidak akan malu kalau kau tidak lulus ujian kelulusan dan tidak bisa meneruskan ke universitas yang kau inginkan?” aku menjelaskan kepadanya, seraya menangis dan masih tetap menutup wajahku.

 Tiba-tiba, ada yang memegang tanganku, hangat. Menariknya lembut, menjauhkan tanganku dari mukaku, menggenggamnya erat. Lalu menghapus air mata ku dengan hati-hati. Lee Sungminlah yang melakukan semua itu.

“Cup cup jangan menangis lagi, lihat mukamu berantakan. Aku mengerti apa yang kamu rasakan, karena aku juga merasakannya. Aku juga tidak bisa bersekolah karena penyakit sialan ini, penyakit yang membunuh appaku. Aku malu. Karena setiap orang yang datang menjenguk pasti menunjukkan muka kasian. Jadi tolong, jangan menangis lagi, aku mohon”

            Aku memandangnya, masih dengan mata berkaca-kaca. “Bolehkah aku pinjam pundakmu sebentar? Aku ingin menangis dipundakmu. Aku berjanji ini terakhirkalinya aku menangis.” Tanpa aba-aba lagi dia langsung memelukku, erat. Akupun menangis, menumpahkan semuanya hari ini. Dan aku mendengar suara tangis seorang namja, bukan suara tangisku. Ya, Sungmin menangis.

————-Besoknya————-

Life could get better Hey!~

            Lagu Miracle-Super Junior membangunkanku, jam 6 pagi. Akupun beranjak dari tempat tidurku dan masuk kekamar mandi. Kupandangi wajahku di cermin, tampak lebih cerah. Dengan enggan aku mencoba tersenyum, aahh begini lebih baik. Kunyalakan shower dan mandi.

            Selesai mandi, aku berdandan dan memilih baju. Pilihanku tertuju pada celana pendek jeans warna biru, dan kaos putih dengan lengan ¼. Rambut panjangku, dikepang dua, setelah siap kusambar tas tangan ku dan turun kebawah.

 

            Sebelum pergi aku berniat membuat makanan untuk acara piknik kali ini, jadi kuputuskan untuk membuat kimbab. Aku pergi ke dapur, tidak ada orang. Aish Tidak mungkin aku membuat kimbab sendirian, semua orang tau aku payah dalam hal masak memasak. Jadi aku pergi kekamar oemma dan appa untuk membangunkan oemma.

“Oemmaa, banguun, bantu aku memasak oemma” rengekku sambil menggoyang-goyangkan tubuh oemma.

“Hah? Memasak? Untuk apa sayang? Oemma masih mengantuk” ucap oemma dengan suara serak sehabis bangun tidur, ia mengusap mata agar terbangun sepenuhnya.

“Bantu aku membuat kimbab oemma, jebal. Aku mau membawa makanan untuk piknik”setelah sepenuhnya sadar, oemma menatapku kaget. Oemma menatapku dari rambut ke kaki, lalu bertanya “Kau mau Kemana? Piknik? Dengan siapa sayang?”

“Dengan temanku oemma, ayo bangun oemma aku bisa telat, kajja oemma!”

———–Seoul University Park———

            Sudah setengah jam aku menunggu di pohon sakura kemarin, tapi Sungmin belum datang juga, kemana sebenarnya dia? Apa dia tipe namja yang suka memainkan yoeja? Membuat janji dengan yoeja tapi tidak menepatinya? Aish jangan berprasangka buruk Sunny. Aku yakin Sungmin bukan orang seperti itu. Aku harap.

“Sunny-ah!!” Terdengar suara namja yang aku tunggu tunggu. Ya, Lee Sungmin akhirnya datang.

“Aish! Kau ini kemana saja?? Ini sudah setengah jam aku disini, janjinya kan jam 8!” omelku langsung kepada Sungmin.

“Mianhaeyo Sunny-ah, tadi ada urusan sebentar. Hmm baunya enak, apa yang kamu bawa itu? Kimbab? Asyiiiik! Aku sangat suuuuuuka kimbab!!!! Gomawo Sunny-ah”ucapnya sambil memakan kimbab yang kubawa.

PLAKK aku memukul lengannya dan mengambil piring yang berisi kimbab dari tangannya. “Ya! Kata siap itu buatmu Sungmin-ah!!! Kau harus membayarnya, tidak ada yang gratis didunia ini!!”

“Tapi…………..aku lapar, rumah sakit tidak menyediakan makanan enak seperti ini, keluargaku juga tidak membawa makanan enak setiap kali kerumah sakit”ucapnya sedih sambil menundukkan kepalanya, aigo aku tidak tega.

“Ne.. Ne… kamu boleh makan seeeeemuanya” kataku sambil mengusap kepalanya. Dan dibalas dengan kecupan singkat dipipiku. Blush~ pipiku merona merah, aku malu. Bukan malu yang menyedihkan seperti kemarin, melainkan malu yang sangat sangat menyenangkan.

“Gomawo Sunny-ah, kau itu yoeja terbaik, terpintar dan tercantik didunia, semua namja pasti ingin menjadi namjachingumu” ya, tapi aku hanya ingin kamu yang menjadi namjachinguku Sungmin-ah, batinku.

            Setelah dia kenyang melahap kimbab yang aku buat, diapun langsung tertidur dipangkuanku, tanpa meminta izin terlebih dahulu. “Ya! Sungmin-ah! Jangan seenaknya! Aish kau ini! Ayo bangun!”

“Sebentar saja, jebal. Aku mohon jangan bergerak, Aku hanya akan tertidur sebentar. Setelahnya, kau boleh memarahiku sepuasnya.” Diapun tertidur dipangkuanku.

—–30 menit kemudian—-

            Cup~ ada yang menciumku sekilas. Lagi. Tapi bukan dipipi, melainkan dibibir. Ciuman itu membuatku terbangun. Saat membuka mata, aku melihat wajah Sungmin yang hanya berjarak beberapa centi denganku. Dengan jarak sedekat ini, aku bisa melihat mata indahnya lebih dekat. Kalau tidak hati-hati mungkin aku akan tenggelam didalamnya.

            Oh tidak. Wajahnya mendekat, akupun memejamkan mata. Dia tidak mungkin mencium ku lagi. Oh tidak. Oh tidak. Oh ya. Dia menciumku. Kali ini tidak sekilas, bibirnya menyentuh bibirku lama. Lalu dia mencium dahiku, kedua pipiku, dan batang hidungku, lalu mengusap kepalaku. “Akhirnya kau bangun juga, kau tadi tidur nyenyak sekali, aku tidak tega membangunkan mu. Jadi aku menciummu. Hehehehe” jelasnya malu sambil menggaruk kepalanya.

“AAAAWWW” teriaknya “Kenapa kau mencubitku? Aku salah apaa???”

“Kau. Telah. Merebut. Ciuman. Pertamaku. Hanya. Untuk. Mem. Bang. Ngun. Kan. Ku. Sekarang kembalikan ciuman itu!!!” pintaku marah kepadanya.

“Ba…Bagaimana caranya?”tanyanya bingung.

“Peluk aku!” pintaku lagi sambil membuka tanganku.

“Aishh, baiklah” diapun memelukku dan berbisik ditelingaku. “Saranghae Sunny-ah, maukah kamu menjadi yoejachinguku? Tidak usah dijawab sekarang, kau pasti harus memikirkannya terlebih dahulu, aku pamit dulu yah. Pasti dokter menyebalkan dirumah sakit itu sudah menungguku” diapun beranjak dari duduknya dan mengedipkan sebelah matanya padaku. Lalu pergi.

Sungmin POV

            Setelah menemui Sunny, akupun pulang ke rumah sakit. Dengan susah payah aku mencapai kamarku tanpa dilihat seorang suster/dokter pun. Saat sudah berada didepan pintu kamarku dan berniat untuk masuk, tiba-tiba ada yang menepuk pundakku. Akupun menoleh untuk melihat siapa yang menepukku. Dan yang kulihat adalah wajah seram dokter yang merawatku. Yang taklain adalah hyungku. Leeteuk hyung.

“Ya! Kau ini kemana aja Sungmin-ah! Kamu membuat oemma khawatir, kau kan belum sembuh total. Kalau tiba-tiba penyakitmu kambuh bagaimana?” omel hyungku itu tanpa jeda. Aish cerewet.

“Mian hyung, aku berpiknik di dekat pohon sakura itu” kataku sambil menunjuk jendela yang menghadap tepat ke pohon tersebut. Dari jendela itulah aku pertama kali melihat Sunny.

“Yasudah cepat tidur!” Leeteuk hyung menyuruh tegas.

“Aish, tidak bisa kah kau menyayangi dongsaengmu satu-satunya ini? Kalau aku mati, kau pasti akan menyesalinya. Jadi sayangilah dongsaengmu hyung.” Candaku kepada Leeteuk hyung yang sepertinya dianggap serius oleh Leeteuk Hyung.

“Jangan bicara yang tidak-tidak cepat tidur kalau kau tidak ingin mati cepat” Walaupun sifatnya tegas tapi aku tau hyung menyayangiku. Akupun tertidur pulas.

Author POV

            Setelah acara piknik itu, mereka berdua, Lee Sunny dan Lee Sungmin menjadi lebih sering bertemu. Setiap pagi mereka bergegas pergi ke pohon sakura, dan menunggu satu sama lain. Orangtua Sunny dan oemma juga hyungnya Sungmin sudah saling kenal. Mereka menyetujui jika kedua anak mereka bertemu. Mereka menganggap kalau Sungmin dan Sunny berpacaran.

            Namun sebenarnya tidak, karena setiap Sunny ingin membalas pernyataan cinta dari Sungmin, namja itu selalu menghindar atau mengalihkan pembicaraan. Walaupun begitu, keadaannya tetap baik-baik saja. Sunny dan Sungmin masih tetap bertemu hingga malam itu tiba.

            Penyakit Sungmin kambuh lagi. Dia meremas seprai tempat tidur rumah sakit. Mencoba memanggil suster, hingga akhirnya suster pun datang bersama hyungnya. Leeteuk langsung mengambil alih, memeriksa Sungmin dengan wajah khawatir. Dan memberi obat bius kepada Sungmin, hingga Sungminpun tertidur. Lalu Leeteuk keluar dari kamar Sungmin dan menjelas kan pada oemmanya.

“Oemma, penyakit jantung Sungmin makin kritis, kita tidak bisa membiarkan dia tetap dirumah sakit kecil ini. Alat-Alat medis disini kurang memadai. Kita harus membawa Sungmin ke rumah sakit di Seoul. Dia harus melakukan pencangkokan jantung”

“Tapi dia tidak mungkin mau jauh dari Sunny, berapa lama waktu yang Sungmin butuhkan untuk berada di Seoul?” Tanya oemma Leeteuk kepadanya.

“Aku tidak tau oemma, mungkin sampai musim semi berikutnya, baru kita bisa membawa Sungmin kembali. Aku akan memesan tiket untuk lusa oemma, aku mau memberi dia satu hari untuk pergi bersama Sunny, dan mengucapkan salam perpisahan” jelas Leeteuk.

“Ne, oemma percaya padamu. Kapan kamu akan memberi tau dongsaengmu itu?”

“Secepatnya oemma, aku akan memberitau Sungmin saat dia sadar dari obat biusnya”

“Baiklah, cepat tidurlah, oemma yang akan menjaga Sungmin” perintah oemmanya kepada Leeteuk.

—————————————–Blooming Sakura—————————————–

Sunny POV

Life could get better hey!~

            Seperti hari biasa, aku pun terbangun karena lagu Miracle-Super Junior untuk menemui seseorang yang telah menjadi keajaiban bagiku. Namja yang tiba-tiba datang membawa matahari kepadaku. Sekarangpun aku ingin menemuinya.

            Setelah selesai mandi, aku memilih baju biru dan rok putih, memakai high heels, mengambil tas, dan mengucir kuda rambutku. Setelah siap aku pun berangkat.

 

———Myeongji University Park——–

            Hhhhh, sudah satu jam. Ini sudah keterlaluan, Sungmin tidak pernah seterlambat ini. Tapi bukan marah yang kurasakan, melainkan khawatir, mungkinkah sesuatu terjadi padanya? Apakah penyakitnya kambuh? Tapi sebenarnya penyakit apa yang dia derita? Aigoo, Sunny pabo. Sampai sekarang bahkan kamu tidak tau penyakit namja yang kamu suka? Paboya!

            Sekarang aku benar benar panik, tanpa pikir panjang aku bergegas ke rumah sakit. Setelah sampai di lobinya aku bingung. Sungmin juga tidak pernah memberitau nomer kamar rumah sakitnya.

            Untung aku melihat resepsionis di lobi itu, aku bertanya kepada wanita cantik yang menyanggul rambutnya rapi. “Annyeonghaseyo, aku ingin bertanya, apakah ada pasien bernama Lee Sungmin?”

“Annyeong, sebentar saya cari dulu ya” jawabnya lembut. Dengan cekatan perempuan itu mencari nama Sungmin di komputer. Dan beberapa menit kemudian diapun memberitauku, “Lee Sungmin berada di kamar 101, kamar itu ada dilantai 3, dekat lift”

“gomawoyo” kataku sambil membungkukkan badan, lalu pergi mencari Sungmin.

—————————————–Blooming Sakura—————————————–

            Dan disinilah aku sekarang, didepan kamar Sungmin. Semoga kekhawatiran ku tidak benar, semoga tidak terjadi hal buruk. Tanpa babibu lagi, akupun mengetok kamar Sungmin. Tidak lama, pintunya terbuka, dan oemma Sungminlah yang menyambutku ramah.

“Annyeong Sunny-ah, kau pasti ingin bertemu dengan Sungminkan? Ayo masuk” katanya ramah.

“Annyeong agahssi, ne aku ingin bertemu dengannya” kataku, membungkukkan badan dan masuk kedalam kamar itu.

            “Sunny-ah, Agahssi ambil minum dulu ya buat kalian berdua” pamit oemma Sungmin. Meninggalkan aku dan Sungmin berdua. Akupun dengan enggan berjalan menghampiri Sungmin yang sedari tadi hanya berdiri terdiam menghadap jendela besar. Di balik badannya, aku bisa melihat pohon sakura tempat aku dan Sungmin pertama bertemu.

            “Waaah, lihat itu, pohon sakuranya terlihat jauuuuh lebih indah dari sini. Kau ini Sungmin, pelit sekali. Kenapa kau tidak pernah mengajakku kesini?” ucapku mencairkan suasana karena Sungmin yang sejak tadi tidak berbicara.

            “Karena aku tidak mau kamu melihatku seperti ini. Lemah, memakai baju rumah sakit, dengan wajah pucat. Aku tidak mau kamu mengasihaniku, aku tidak ingin kamu tau, bahwa ketegaran, dan keceriaan itu hanya sandiwara. Sebenarnya aku tidak seperti itu, aku ini namja tidak berguna, aku tidak akan hidup kalau tidak dibantu dengan obat-obatan dan alat-alat itu, aku…….” Aku memegang wajahnya, dan menghadapkannya padaku. Dengan sedikit berjinjit, akupun mencium bibirnya lama, lalu melingkarkan tangan ku dipinggangnya. Memeluknya erat. Dan tidak melepaskannya sampai kurasakan degup jantungnya yang perlahan-lahan menjadi pelan.

            Setelah dia menenang, aku berhenti menciumnya, namun tidak melepaskan lenganku darinya. “Kau tidak lemah, kau bahkan namja paling tegar yang pernah aku temui. Dengar ya Sungmin-ah, aku tidak berkata seperti itu hanya untuk menghiburmu, tapi memang itulah kenyataannya. Dan satu lagi, aku tidak akan mengasihanimu kau tau? Memangnya dengan melihatmu memakai baju rumah sakit, aku akan memaafkan keterlambatan 1 jammu hah?” Omelku padanya, yang dibalas dengan senyuman darinya “Nah begitukan lebih baik” kataku mengomentari senyum diwajahnya.

            “Pemandangan disini indah sekali, kalau aku jadi kamu mungkin aku akan betah disini berlama-lama” pernyataanku membuat dia tersenyum lagi, diapun berbicara.

            “Yaa, memang, apalagi setelah aku melihat yoeja yang mirip dengan pembunuh cengeng menggambar sesuatu di pohon. Sebelum itupun, aku sering memerhatikanmu dari sini Sunny. Setiap hari setelah musim dingin, kamu datang dan duduk dibawah pohon sakura itu dengan wajah murung. Jujur, sejak pertama aku melihatmu, aku sudah menyukai mu. Saranghaeyo Sunny-ah”

            “Nado saranghaeyo Sungmin-ah” jawabku polos. “Aku juga ingin jujur, kalau pada saat kamu memarahiku aku sudah menyukaimu. Tapi kamu bahkan tidak pernah memberi kesempatan padaku untuk menjelaskannya padamu” kataku sambil menggembungkan pipiku.

“Aigoo, kau ini, harusnya aku memanggilmu aegyo queen, kau tidak tau betapa cantik dan imutnya kamu Sunny” pujinya sambil mencubit pipiku yang tadi kugembungkan.

“Jadi kalau begitu kaulah aegyo kingnya, karena kau namjachinguku. Dan queen berpasangan dengan king” jelasku polos.

“Mwo? Pede sekali, siapa bilang aku namjachingumu hah?”goda Sungmin.

“Jadi kau tidak mau menjadi namjachingu yoeja yeppeo, aegyo, pintar, dan baik sepertiku hah? Yasudah, jangan salahkan aku kalau aku menikah dengan orang lain dan kau tidak akan bertemu denganku lagi” canda ku membalas Sungmin.

            Tapi setelah itu, Sungmin tiba-tiba menarikku kepelukannya, dan berkata “Jangan pernah bicara seperti itu Sunny-ah, aku tidak akan kehilanganmu. Aku mohon, kamu mau berjanji menungguku hingga bunga sakura mekar kembali. Aku mohon, jebal Sunny-ah”

            Suaranya terdengar serius, aku baru menyadari kalau ini bukan bercanda. Dia serius. Menunggunya? Memangnya dia mau kemana?

            “Aku mempunyai penyakit jantung akut, dan hyungku bilang, kalau tidak segera diobati, aku akan menyusul appa ke surga—” jelasnya seperti bisa membaca pikiranku. “—dulu mungkin aku ingin segera menyusulnya, tapi aku berubah pikiran setelah menemuimu. Aku akan pergi ke Seoul untuk menjalankan operasi pencangkokan jantung. Jadi aku mohon Sunny-ah, maukah kamu menungguku?”

            “Ta……pi, siapa yang akan menghiburku? Aku tidak mungkin bertahan satu tahun tanpamu Sungmin” walaupun terdengar egois, tapi aku tidak peduli. Aku tidak ingin kehilangan dia.

            “Aku yakin kamu bisa Sunny-ah, kamu yoeja yang tegar. Pegang janjiku, aegyo king akan kembali untuk melindungi aegyo queen. Anggap saja aku sedang melaksanakan pelatihan menjadi raja, untuk bisa menjaga ratuku. Saat aku kembali nanti, aku harap kamu bisa menjadi mahasiswa di Myeongji University. Aku mohon jangan menangis, kamu sudah berjanji untuk tidak menangis lagi bukan? Aku akan pergi besok, tolong jangan berpaling ke namja lain, arrasseo? Jaga kesehatanmu, jangan merusak pohon sakura lagi selama aku pergi, dan tetaplah makan banyak!” dia mengacak ngacak rambutku, dan mengecupnya lembut.

            Aku hanya bisa terdiam dipelukannya, Sungminku, dia akan pergi. Selama setahun. Apa aku akan tahan? Tapi aku tidak boleh egois, dia pergi agar dia bisa sembuh. Jadi inilah yang kulakukan, melepaskan pelukanku, tersenyum, mencium pipinya kilat, dan akupun berbicara “Aku berjanji, aegyo queen tidak akan berpaling ke namja lain, akan mematuhi semua pesan dari aegyo king dan masuk ke Myeongji University. Dan aegyo queen juga berjanji akan menunggu aegyo king sampai aegyo king pulang dari pelatihannya. Saranghaeyo Sungmin-ah, jaga kesehatanmu”

            Cup~ aku mencium bibirnya kilat, menyambar tasku, dan pergi keluar dari kamar itu sambil menghapus air mata yang sudah tidak bisa kutahan lagi. Aku membungkuk kepada oemma Sungmin yang kutemui dilorong, dan berlari meninggalkan rumah sakit.

—————————————–Blooming Sakura—————————————–

Sunny POV

Life could get better hey!~

            Sudah satu tahun berlalu, hari ini, hari pertama musim semi. Bunga sakura pun sudah mekar dengan indahnya. Aku beranjak dari tempat tidur, dan bergegas mandi.

            Setelah mandi, akupun memilih dress bercorak bunga, mantel coklat dan membiarkan rambutku tergerai, untuk menemaniku pada hari pertama menjadi mahasiswi di Myeongji University. Ya, aku sudah menepati salah satu janjiku kepada namja itu.

 

            Tanpa menunggu lama lagi, akupun berpamitan kepada oemma dan appa, dan berangkat ke kampus.

————————————-Blooming Sakura——————————————

            Setelah pelajaran usai, aku memilih pergi ke pohon sakura tempatku bertemu namja itu. Hhhh sudah lama sekali aku tidak kesini, banyak yang berubah ternyata. Namun tidak pada batang pohon sakura ini, masih ada muka murung yang aku gambar dengan kejam dulu. Hahahaha kalau mengingat kejadian itu rasanya membuatku tidak bisa berhenti tersenyum.

            Saat sedang asyik bernostalgia dengan batang pohon sakura itu, tiba-tiba ada seseorang yang menempelkan stiker senyum pada muka murung di batang pohon sakuranya. Akupun berbalik untuk melihat siapa yang menempelkannya. Dan ternyata seorang namja, akupun tersenyum cerah kepada namja itu. Lalu dia membuka topinya……

            “Leeteuk oppa?”  Ya, Leeteuk oppa lah yang menempelkan stiker senyum itu. Seketika aku terduduk dan menangis, apakah terjadi sesuatu pada Sungmin? Apakah dia tidak bisa bertahan menghadapi operasi pencangkokkan jantung itu? Harusnya aku tidak membiarkannya pergi, aku tidak ingin kehilangan dia.

“Sunny-ah, bangunlah, Sungmin memintaku untuk tidak membuatmu menangis” ucap Leeteuk oppa menenangkanku.

“Tapi…..tapi oppa, dimana Sungmin-ah? Apakah hal buruk terjadi padanya? Aku mohon bicaralah oppa!”

“Mianhaeyo Sunny-ah, aku tidak bisa memberitaukannya padamu, maukah kau ikut denganku Sunny?” pinta Leeteuk oppa dengan lembut.

            Akupun mengangguk dan membiarkan Leeteuk oppa memegangiku menuju mobilnya. Diperjalanan, aku hanya terdiam menghadap kejendela. Pikiranku kosong, aku tidak ingin berbicara sedikitpun. Dan sepertinya Leeteuk oppa menghargai itu, karena oppa tidak mencoba bertanya apapun padaku.

            Leeteuk oppa, menyetir mobilnya masuk ke gerbang besar. Di gerbang itu terpampang nama keluarga ‘Lee’ seketika aku tau bahwa itu adalah rumah Sungmin. Rumah itu sangat sangat besar, kau bahkan mungkin akan mengira itu adalah sebuah istana. Cat putih indah, dengan taman yang luas. Dan ditaman itu, ada satu pohon sakura yang bunganya mekar dengan sangat indah.

            Setelah memarkirkan mobilnya, Leeteuk oppa membukakan pintu mobilnya dan menunjuk pohon sakura di taman itu. Akupun berjalan menghampiri pohon yang besar itu. Mataku masih perih setelah menangis, ditambah lagi dengan angin musim semi, membuatnya semakin perih.

            Semakin dekat aku dengan pohon sakura itu, dibaliknya, aku bisa melihat seorang namja yang sedang duduk bersandar di pohon. Dan ternyata namja itu adalah Lee Sungmin! Hatiku terasa lega seketika setelah melihatnya, aku berlari menghampiri Sungmin dan memanggilnya. “Ya! Lee Sungmin!” dia berbalik, dan wajahnya menjadi cerah. Setidaknya itulah yang kurasakan.

            “Ya! Kau ini, aku kira terjadi sesuatu padamu, kau ini benar benar namja pabo!” aku mengomel kepada Sungmin, air mata yang tadi sudah berhenti, mendadak keluar lagi. Akupun menangis. Sungmin memelukku, dan mengusap punggungku “cup cup, kau melanggar janjimu Sunny-ah! Aku harus menghukummu!”

            Aku masih tetap menangis, aku menangis karena aku bahagia. Akhirnya namja yang kucintai sudah kembali. Sungminku sudah kembali.

            “Shh….aku mohon, berhenti menangis Sunny-ah.” Sungminpun mencium kedua kelopak mataku dan menghapus air mata dipipiku. Lalu tiba tiba dia berlutut dihadapanku dan berkata dengan lembut. “Jeongmal saranghaeyo jagiya, will you marry me, My aegyo queen?”

            Mwo? Sungmin melamarku? Ini bukan mimpi kan? jantungku berdegup cepat, rasanya seperti tak sabar ingin keluar dari tempatnya, aku pun menjawab pernyataan Sungmin. “Nado saranghaeyo Sungmin-ah, Yes, I do.” Tiba-tiba dia mengeluarkan handphonenya, dan memainkan lagu Marry U-Super Junior.

            Dari dalam rumah, keluarlah Leeteuk oppa, oemma, appa, dan agahssi sambil bertepuk tangan dan memeluk aku dan Sungmin bergantian. Akhirnya aegyo queen mendapatkan akhir yang bahagia.

Love oh baby my girl

You are my all

So beautifully radiant, my bride

A gift from God

Are you happy

Tears fall from your dark eyes

Untill your dark hair turns white

My love, my girl

I’ll swear my love

Saying I love you

I want to do it every day for a lifetime

Would you marry me

Loving and cherishing you

I want to live this way

Every time you fall asleep

I want it to be in my arms

Would you marry me?

Would you consent to this heart of mine

For a lifetime I’ll be by your side, I do

Loving you, I do

Cherishing you through the snow and rain, I do

I’ll protect you, My love

Her wearing a white dress

Me wearing a tuxedo

We walk matching our pace

On the moon and star, I swear

I don’t like lies, I don’t like doubt

My loving princess

Stay with me

Even as we age

I want to go about is smiling

Would you marry me?

Would you spend my days with me?

Through hardships and difficulties, I do

I’ll always be there, I do

Through our many days together, I do

I’ll be thankful every day, My love

Accept this shining ring in my hand

That I’ve prepared from awhile back

With the same feelings today

I’ll remember the promise made right now

Would you marry me?

For a lifetime I’ll be by your side, I do

Loving you, I do

Cherishing you throught the snow and rain, I do

I’ll protect you, My love

I have nothing else to give you but love

That’s all, hardly valuable

Though I’m clumsy and am lacking

My love, my girl

I’ll protect you

Will you promise me just one thing

23 pemikiran pada “[Freelance Oneshot] Blooming Sakura

  1. keren nih ceritanya :D
    author daebaaakkk!!!!♥ tapi menurutku ceritanya masih kecepetan dan terkesan buru-buru.. tapi itu cuma pendapatku aja lho ya, maaf kalo menyinggung author. tapi lepas dari itu ceritanya sip banget! apalagi sunny biasku di snsd, sungmin biasku di suju, dan mereka adalah couple favoritku di super generation!
    gomawo, author, dah bikin cerita tentang aegyo couple yang romantissss :33

    AEGYO COUPLE JJANG!!!!

    • author, mianhae. akunya babo banget. itu komentar diatas atas nama “PM Consulting & Training Semarang” itu komentarku. aku lupa log out dari account orantuaku. haha. mianhaeyo, author~

  2. annyeong author aq readers nyasar nih ^^
    hehehe aq lagi iseng nyari info di mr google eh nemu ff author, btw aq suka ceritany aq juga baca beberapa ff author and i like it, mian klo aq gak sopan ya author XD

  3. eonni, readers baru here^^
    eonni, kok pas aku liat, ffnya muncul 2?
    ngomong2, ffnya bagus, daebak!!!

  4. AAAAAAAAAAA············
    BGS,DAEBAK,EXELENT,I LOVE IT
    tapi leeteuk g dikasih yeojachingu ama taeyeon aja kalo g sama aku aja #plakk····

  5. kereen ! Daebak!
    Menyentuh hati banget!?
    Temen aku yg bca breng aq ikut dag dig dug. Penesaran akhir nya gimana… Dan tadaaa ending yg indah!
    Daebak!

Tinggalkan Balasan ke Mekar ayu wijayanti Batalkan balasan