Silent Married

Silent Married

Tittle        : Silent Married

Cast        : Kris (EXO-M) – Jiyeon (T-Ara)

Genre      : Marriage life

Length     : Oneshoot

Author      : Mayha Kang

Sinopsis    :

Pernikahan adalah suatu hal yang paling berharga dalam hidup setiap manusia. Namun tidak untuk Jiyeon yang akhirnya menikah dengan Kris demi menyelamatkan perusahaan ayahnya.

Kris adalah direktur muda yang menuruskan perusahaan besar milik ayahnya. Dia pernah kuliah di universitas yang sama dengan Jiyeon. Dari situlah ia mulai menyimpan rasa pada Jiyeon. Dan karena sebuah takdir yang tidak diduga-duga ia berhasil mendapatkan Jiyeon yang bahkan menjadi pendamping hidupnya.

Kehidupan rumah tangga mereka tidak begitu harmonis. Jiyeon selalu bersikap cuek dan dingin pada Kris. Padahal Kris selalu ingin bermaja-manja dengannya. Dan yang lebih parahnya lagi mereka menembunyikan status pernikahan mereka dari publik. Tidak ada seorang pun yang tahu mengenai hal itu selain keluarga mereka. Bagaimanakah kisah mereka dalam menyembunyikan rahasia itu? Temukan jawabannya disini!

Happy reading!

>>> Silent Married <<<

“Dengan diguntingnya pita ini, saya selaku direktur Wufan Group secara resmi membuka Wooyeon Department Store berdasarkan kerjasama yang telah disepakati dengan Noen Group.”

Prok! Prok! Prok!

Suara tepukan tangan terdengar cukup meriah dari para hadirin yang menyaksikan Kris sang direktur utama Wufan Group menggunting pita merah yang terulur indah di depan pintu utama Wooyeon Department Store. Kris baru saja menyukseskan proyek kerjasama antara perusahaannya dengan Noen Group untuk membangun sebuah pusat perbelanjaan yang nantinya dapat menembus pasar luar negeri. Dengan penuh wibawa dia berjalan menaiki panggung untuk memberi beberapa kata sambutan.

“Aigoo! Menantuku tampan sekali. Dia terlihat sangat berwibawa. Jiyeon-ah, kau sangat beruntung mendapatkan suami seperti dia.” bisik Nyonya Park yang duduk di salah satu kursi utama bersama anaknya, Jiyeon.

“Eomma, jangan mengatakan hal seperti itu disini! Orang-orang bisa mendengarnya nanti.” gerutu Jiyeon. Dia berusaha mengecilkan suaranya agar percakapannya dengan eommanya tidak terdengar orang lain.

“Ck … arraseo!” Nyonya Park menatap kesal pada Jiyeon kemudian melempar kembali pandangannya pada Kris yang sedang berbicara di atas panggung.

Jiyeon menatap sinis pada Kris. “Berwibawa apanya? Itu hanya kulit luarnya saja!” batinnya kesal.

Kerjasama antara Wufan Group dan Noen Group sebenarnya tidaklah sekompak dari yang disaksikan masyarakat luas. Kerjasama ini berlandaskan atas sebuah perjanjian yang kurang logis. Awalnya Noen Group mengalami krisis keuangan dan hampir saja bangkrut. Hal ini membuat Tuan Park selaku direktur utama Noen Group berusaha mencari bantuan pada perusahaan-perusahaan lain. Saat itu Wufan Group sedang berada dalam masa kejayaannya. Mereka pun menawarkan sebuah proyek kerjasama kepada Tuan Park. Tetapi, proyek kerjasama itu hanyalah alasan agar Kris yang merupakan anak tunggal dari pemilik Wufan Group bisa menikahi Jiyeon, anak Tuan Park. Kris sudah menyimpan hati pada Jiyeon sejak masih duduk dibangku kuliah. Dia juga sudah berusaha untuk mendapatkan cinta Jiyeon, namun selalu saja mendapat penolakan.

Wufan Group bersedia membantu Noen Group dengan syarat Jiyeon bersedia menikah dengan Kris. Tuan Park dan appa Kris pun mencoba menjodohkan Kris dengan Jiyeon. Awalnya Jiyeon sangat menentang perjodohon ini. Namun, lambat laut dia merubah pikirannya. Dia tidak ingin keegoisannya membuat perusahaan yang selama ini diperjuangkan ayahnya hancur. Dia pun menyetujui perjodohan itu dan dengan terpaksa menikah serta hidup bersama Kris.

Seusai memberi kata sambutan Kris segera turun dari atas panggung. Dia berjalan menuju kursi utama dan duduk disamping Jiyeon.

“Kris-ah appa sangat bangga padamu. Kemampuanmu sudah tidak diragukan lagi. Kau memang pantas menjadi penurus Wufan Group.” puji appa Kris yang juga duduk tidak jauh dari Kris.

“Ah ne, gamsahamnida aboenim.” kata Kris sopan.

Jiyeon merasa jijik melihat sikap Kris yang sopan dan penuh wibawa. Itu semua bukanlah sifat aslinya. “Ckckck … kau benar-benar hebat dalam berakting.” desahnya. “Kenapa tidak jadi pemain film saja?”

“Seharusnya kau bangga bisa mendapatkan suami sepertiku.” kata Kris tanpa menatap Jiyeon sedikit pun.

“Michosso.” ucap Jiyeon datar.

Kris dan Jiyeon yang duduk bersampingan tampak tenang di kursi mereka masing-masing. Mereka terlihat seperti dua sosok yang tidak begitu akrab. Tetapi sekali lagi itu hanyalah sandiwara yang mereka mainkan di depan khalayak ramai. Meski Jiyeon menyetujui penikahannya dengan Kris, namun ia juga mengajukan sebuah syarat. Dia tidak ingin berita pernikahannya tersebar luas sehingga hanya keluarganya dan keluarga Kris yang mengetahuinya.

***

Matahari mulai menampakkan cahayanya seraya memberi kehangatan ke seluruh permukaan bumi. Kris dan Jiyeon masih terlelap dalam mimpi indah mereka. Seberkas cahaya masuk menembus celah-celah jendela kamar dan membuat Jiyeon terbangun. Perlahan dia membuka mata indahnya yang silau akibat terkena cahaya matahari.

“Yaa, ireona!” pinta Jiyeon. Dia kesulitan bergerak karena Kris tidur dengan memeluknya erat.

Jiyeon mendorong-dorong tubuh Kris dengan cukup kasar agar ia segera bangun.

“Yaa! Ireona!” pekiknya.

“Ahh…waeyo? Aku masih ingin tidur.” gumam Kris sembari mengeratkan pelukannya pada Jiyeon.

Jiyeon mengerahkan seluruh tenaganya untuk melepaskan diri dari pelukan Kris. Dan akhirnya ia pun berhasil. Dia segera melesat turun dari tempat tidur dan bersiap-siap ke kantor. Tentu saja sebelum itu dia harus membuatkan sarapan untuk suami yang sama sekali tidak ia inginkan itu.

Kris yang menyadari Jiyeon sudah tidak dipelukannya lagi ikut turun dari tempat tidur dan berjalan menyusul istrinya. Dia kemudian mendekap mesra Jiyeon dari belakang.

“Aku masih ingin berlama-lama memeluk istriku yang cantik ini. Tidak bisakah kita kembali tidur? Lima menit saja! Ayolah Jiyeonku!” gombal Kris.

Jiyeon segera menepis pelukan Kris. “Yaa, aku harus ke kantor. Banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan di sana.”

“Kalau kau mau aku bisa menyuruh bawahanku menyelesaikan semua pekerjaanmu.” tawar Kris.

“Yaa michosso! Hentikan sikapmu yang seperti itu! Jangan bersikap terlalu baik padaku di kantor. Bersikaplah layaknya atasan dan bawahan. Kau mau mereka mengetahui pernikahan kita?”

“Wae? Memangnya salah jika mereka tahu tentang pernikahan kita? Kita menikah secara baik-baik, apa salahnya kalau mereka tau?”

Jiyeon terdiam sejenak mendengar ucapan Kris. Dia kemudian menatap lekat pada Kris. “Mianhae, aku belum siap dengan semua ini.” gumamnya lalu berjalan menjauhi Kris.

Kris menatap punggung Jiyeon yang melenggang menjauhi dirinya. Dia hanya sanggup terdiam. Tatapannya begitu sendu.

Kapan kau bisa menerimaku dan memberikan seluruh cintamu padaku?” batinnya.

***

Hari semakin malam. Gedung kantor Wufan Group pun mulai terlihat sepi. Hanya beberapa karyawan yang tetap duduk manis di ruangannya merampungkan pekerjaan yang dijadwalkan harus selesai hingga esok hari. Salah satunya Jiyeon. Waktu telah menunjukkan pukul 11:23 pm, namun dia masih harus bertatapan dengan komputer di atas mejanya. Malam ini dia mendapat giliran lembur di kantor.

Jiyeon menatap lekat pada layar komputernya. Memfokuskan pikirannya pada dokumen-dokumen yang harus segera ia selesaikan. Sesekali ia terlihat menguap dan menghela nafas. Yah, tentu saja bekerja dari pukul 8 pagi hingga larut malam seperti ini membuatnya merasa letih. Perutnya juga mulai dilanda rasa lapar. Padahal tadi sore dia sempat mengganjal perutnya dengan sebungkus ramyeon di kantin kantor.

“Ah…nan baegophayo!” keluh Jiyeon.

Disaat rasa lapar melanda Jiyeon, tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar dari pintu ruangannya.

Siapa yang datang ditengah malam begini? Awas saja kalau mau menambah pekerjaanku!” batinnya.

Kaki Jiyeon terasa sangat berat untuk menopang tubuhnya berjalan menuju pintu. Dia pun memutuskan untuk berteriak dari kursinya. Jika orang yang mengetuk pintu itu adalah atasannya, dia sangat berharap agar atasannya itu memaklumi dirinya yang hampir kehabisan tenaga.

“Masuklah! Pintunya tidak dikunci.” pintanya.

Selang beberapa detik pintu itu terbuka. Dari balik pintu muncul sosok namja yang cukup tinggi. Pakaiannya cukup santai, hanya mengenakan kemeja bermotif kotak-kotak merah hitam yang dipasangkan dengan calana jeans hitam. Dia berjalan mendekati Jiyeon dengan membawa paket makanan lezat.

“Kau lagi? Apa yang membawamu datang kemari?” tanya Jiyeon malas lalu kembali menatap layar komputernya seakan tidak peduli dengan kedatangan orang itu meski ia membawa paket makanan yang semakin memancing rasa laparnya.

“Aku tidak bisa tidur tanpa istriku, makanya aku menyusulmu kemari.” jawabnya.

Yah, namja itu adalah Kris yang tidak lain adalah suami Jiyeon. Dia mengendap-endap masuk ke dalam kantor agar tidak terlihat dengan beberapa karyawan yang senasib dengan Jiyeon.

“Kau pulang saja! Kedatangamu ke sini hanya akan menghambat pekerjaanku.” gumam Jiyeon sinis tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer.

“Aniyo, kau salah chagi. Kedatanganku ke sini malah akan menambah semangatmu menyelesaikan pekerjaanmu. Aku juga membawa makanan kesukaanmu.” balas Kris.

“Mwoya? Kau terlalu percaya diri berkata seperti itu.” kata Jiyeon.

Kris tidak peduli dengan perkataan Jiyeon. Dia tetap akan melakukan apa yang dia inginkan. Dia sudah terbiasa dengan sikap istrinya yang dingin itu. Kris kemudian menarik sebuah kursi dan mendekatkannya pada Jiyeon. Dia pun mulai menghidangkan makanan kusakaan untuk Jiyeon.

“Istirahatlah dulu! Kau juga butuh makan untuk menambah tenagamu. Dengan begitu kau bisa menyelesaikan semua pekerjaanmu dengan cepat.” tutur Kris sambil menyodorkan sepasang sumpit pada Jiyeon.

Jiyeon menatap sumpit itu kemudian melirik Kris. Apa yang dikatakan Kris ada benarnya juga. Sejak tadi dia juga merasa sangat lapar dan ia tidak ingin menyiksa perutnya lebih lama lagi. Perlahan ia pun meraih sumpit itu dari tangan Kris. Dengan lahap Jiyeon menyantap makanan yang terhidang dimejanya satu per satu.

Mmmm… yummy~” batin Jiyeon.

Kris terus memperhatikan Jiyeon sambil menopang dagu dengan sebelah tangannya.

“Jiyeon-ah, kau sangat cantik. Aku sungguh beruntung punya istri sepertimu.” gumam Kris.

“Mwoya? Michosso! Aku tidak akan termakan rayuanmu.” balas Jiyeon sinis.

“Arraseo. Cepatlah makan! Nanti rasanya kurang enak kalau sudah dingin.”

“Kau tidak makan?” tanya Jiyeon.

“Ani. Melihatmu makan seperti itu sudah membuatku kenyang.” jawab Kris. Tangannya langsung mencubit pelan pipi Jiyeon karena gemas melihatnya.

“Yaa, kau mengejekku?”

“Ani, aku tidak berani mengejekmu. Aku takut kau akan menceraikanku kalau aku mengejekmu.” gurau Kris sambil mengelus lembut kepala Jiyeon.

Jiyeon tampak sangat menikmati makanannya. Tiba-tiba suara ketukan pintu kembali terdengar dari pintu ruangannya. Kris dan Jiyeon seketika panik. Siapakah gerangan yang datang? Siapa pun itu dia tidak boleh menyaksikan Kris dan Jiyeon yang sedang berduaan. Itu akan membawa kecurigaan besar dan mengundang gosip di sekitar kantor.

“Yaa! Cepat sembunyi!” pekik Jiyeon

“Dimana?” tanya Kris yang tampak bingung bercampur panik.

Sudah tidak ada waktu lagi sebelum pintu itu terbuka. Jiyeon langsung menarik Kris dan menyuruhnya bersembunyi dibawah meja yang sempit.

“Jiyeon-ah, apa pekerjaanmu sudah selesai?” tanya Ji Eun, sosok yeoja imut yang kerap terlihat bersama-sama Jiyeon.

“Eo..eoh Ji Eun-ah, aku…pekerjaanku belum selesai, iya belum selesai. Wae..waeyo?” kata Jiyeon gugup. Kakinya menendang-nendang ke bawah meja, tepatnya menendang Kris agar lebih memasukkan badannya dibawah meja.

“Aku ingin mengajakmu pulang bersama, tapi pekerjaan belum selesai.” kata Ji Eun.

“Oh kau pulang saja duluan. Pekerjaanku masih sangat banyak. Aku pulang sendiri saja, nan gwaenchana.” balas Jiyeon cepat. Tidak lupa ia menambahkan seulas senyum agar Ji Eun tidak curiga padanya.

“Geurae, kalau begitu aku pulang duluan. Annyeong Jiyeon-ah!” pamit Ji Eun. Dia kembali menutup pintu ruangan Jiyeon dan melesat pergi.

Jiyeon menatap lekat pada pintu ruangannya tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun. Dia hendak memastikan Ji Eun benar-benar sudah pergi. Sedang Kris berusaha keluar dari tempat persembunyiannya. Meski tidak memakan waktu lama bersembunyi dibawah meja yang cukup sempit, namun ia merasa pegal disekujur tubuhnya.

“Aigoo chagi, tulang belakangku terasa ingin patah bersembunyi dibawah meja.” rintih Kris sedikit manja pada Jiyeon.

“Kau yang salah! Siapa yang menyuruhmu datang ke sini? Untung saja Ji Eun tidak melihatmu.” gerutu Jiyeon.

“Arasseo, arasseo. Aku memang tidak pernah benar, aku selalu saja salah dimatamu.” kata Kris sembari berjalan menuju pintu.

“Yaa, kau mau ke mana?” tanya Jiyeon.

“Kau tidah butuh diriku, lebih baik aku pulang saja.” jawab Kris kesal.

“Kau marah padaku? Yaa, jangan bertingkah seperti anak kecil!”

Kris tidak memperdulikan perkataan Jiyeon dan terus berjalan keluar dari ruangan istrinya itu. Jiyeon merasa tidak enak hati pada Kris. Kris sudah datang menemani dan membawakan makanan untuknya. Tidak seharusnya dia bersikap kasar padanya. Jiyeon pun mencegah Kris untuk pergi. Dia menarik lembut tangan suaminya itu.

“Mianhae, tidak seharusnya aku bersikap kasar padamu. Jeongmal mianhae. Jangan pulang dulu, tunggu aku!” tutur Jiyeon dengan kepala yang sedikit menunduk, berusaha menyembunyikan rasa malunya dihadapan Kris.

Kris segera menoleh ke arah Jiyeon seusai mendengar ucapannya. Dia langsung mendaratkan sebuah pelukan hangat pada Jiyeon.

“Arasseo chagi. Aku akan menunggumu. Jeongmal saranghae Jiyeon-ah.” seru Kris.

“Mwoya!” Jiyeon menepis pelan pelukan Kris. Dia merasa malu. Rona merah mulai tampak dikedua sisi pipinya.

Kris tertawa geli melihat ekspresi istrinya yang sedang malu. Hal ini membuatnya menjadi semakin gemas dan ingin terus merayunya.

***

Jiyeon melangkah masuk ke gudang produksi Wufan Group sambil membawa beberapa map. Dia diberi tanggung jawab untuk menyeleksi beberapa furnitur yang nantinya akan di pasarkan di Wooyeon Department Store. Meskipun dia adalah anak dari Noen Group, namun ia bekerja di perusahaan Kris. Tentu saja ini adalah kemauan Kris dengan alasan agar bisa mengawasi istrinya dengan mudah. Tetapi, alasan sebenarnya karena ia selalu ingin dekat dengan Jiyeon.

Kebetulan presiden dari Wufan Group yang tidak lain adalah ayah Kris atau lebih tepat ayah mertuanya juga datang mengunjungi gudang produksi. Dia sedang melihat-melihat hasil produksi.

“Annyeonghaseyo sajangnim!” sapa Jiyeon sembari membungkukkan badan memberi hormat.

“Eoh ne, annyeonghaseyo.” sahutnya. “Bagaimana kabarmu?”

“Ne, aku baik-baik saja. Bagaimana dengan sajangnim?”

“Aku juga baik. Bekerjalah dengan semangat!”

“Ne, gamsahamnida sajangnim.” balas Jiyeon sembari tersenyum ramah.

Meskipun Jiyeon telah membuat kesepakatan dengan keluarga Kris untuk merahasiakan status pernikahan mereka, tetapi ayah Kris selalu bersikap baik dan ramah pada Jiyeon. Begitu pun sebaliknya.

Jiyeon dan presiden tampak menikmati perbincangan mereka saat Kris tiba-tiba datang. Dia hendak menemui presiden untuk membicarakan suatu perkara bisnis. Tetapi, ia mengurungkan niatnya saat melihat sosok istri yang sangat ia cintai. Dia tersenyum ramah pada Jiyeon, tetapi Jiyeon hanya membalasnya dengan senyuman kaku dan sorot mata yang cukup sinis.

Melihat Kris yang berjalan ke arahnya Jiyeon segera pamit pada presiden. Dia lalu melesat menjauh dari Kris. Kris yang menyadari hal itu hanya bisa menghela napas. Matanya terus memandang Jiyeon yang melenggang menuju bagian belakang gudang. Dari kejauhan mata Kris dapat melihat sebuah kayu besar yang berdiri di sudut gudang. Ada yang ganjil dari kayu besar itu. Yah, Kris bisa melihatnya dengan jelas. Kayu itu akan tumbang dan menindih Jiyeon yang bediri dibawahnya.

“Jiyeon-ah awas!” pekik Kris.

Sudah tidak ada waktu lagi. Kris langsung berlari ke arah Jiyeon untuk menolongnya dari hantaman kayu besar itu. Dia menarik Jiyeon sekuat tenaga dan berhasil mendekapnya sebelum kayu itu tumbang dan …

Brruuuuukkk!

Kayu itu berhasil menghantam belakang Kris. Jiyeon terkejut dan menjadi panik. Dia berusaha menahan tubuh Kris yang perlahan mulai melemah.

“Ji…jiyeon-ah gwaenchana?” tanya Kris. Dia berusaha mengumpulkan seluruh kesadarannya untuk memastikan keadaa Jiyeon.

“Yaa! Apa yang kau lakukan?” erang Jiyeon.

Tubuh Kris melemah. Dia sulit mendengar ucapan orang-orang yang kini mengerumuninya. Penglihatannya pun perlahan menjadi gelap.

***

Kris membuka matanya perlahan. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan yang terasa sangat asing baginya. Saat ini ia tengah terkulai lemah di ranjang rumah sakit akibat terkena hamtaman kayu besar.

“Kris-ah, kau sudah sadar? Kenapa kau melakukan semua ini?” tanya Jiyeon sedih. Dia merasa sangat bersalah pada Kris.

Kris sangat senang melihat sosok istri yang sangat ia cintai duduk disampingnya sambil menggenggam lembut tangannya. Dalan keadaan yang masih lemah, dia berusaha menyunggingkan senyuman manis pada Jiyeon.

“Nan gwaenchana.” gumam Kris.

Air mata mulai menggenangi permukaan mata indah Jiyeon ketika melihat Kris tersenyum manis padanya. Selama ini dia sudah sangat jahat padanya. Meskipun begitu Kris selalu bersikap baik padanya.

“Waeyo? Kenapa kau selalu bersikap baik padaku? Padahal aku selalu jahat padamu. Selalu bersikap kasar padamu.” tutur Jiyeon. Air mata beningnya jatuh membasahi pipinya.

Eomma Kris yang berdiri dibelakang Jiyeon tidak tega melihat menantu kesayangannya menitikkan air mata. Ia kemudian membelai lembut pundak Jiyeon.

“Gwaenchana Jiyeon-ah. Kris melakukan ini karena dia sayang padamu.” tuturnya.

“Mianh…mianhae Kris.” ucap Jiyeon tulus sembari tertunduk menangis dihadapan Kris.

“Uljima. Nan gwaenchana. Bagaimana mungkin aku diam saja melihat istriku yang akan dijatuhi kayu besar.” gumam Kris sambil membelai lembut rambut Jiyeon. Dia lalu mengusap air mata Jiyeon.

“Uljima, eoh!” pinta Kris.

Jiyeon menatap Kris kemudian mengangguk pelan kepadanya.

***

Beberapa minggu kemudian …

“Eotthe? Apa kimbapnya enak?” tanya Jiyeon.

Kris terdiam. Dia mencoba menikmati makanan yang sudah dihidangkan Jiyeon untuknya. “Woah! Daebak! Istriku sungguh hebat dalam hal memasak. Masakanmu sangat enak Jiyeon-ah.” serunya.

Kris seketika mendaratkan sebuah kecupan dipipi Jiyeon.”Yaa! Mwoya? Makanlah cepat!”

Jiyeon menjadi salah tingkah setelah mendapatkan kecupan manis dari Kris.

“Arraseo chagi.” balas Kris.

Setelah kejadian di gudang produksi beberapa minggu lalu, hubungan Kris dan Jiyeon semakin membaik. Jiyeon telah sadar akan ketulusan Kris mencintainya. Dia perlahan merubah sikapnya pada Kris dan berusaha untuk menerima serta mencintainya. Mereka juga telah sepakat untuk mengakui pernikahan mereka di depan umum. Sehingga tidak perlu lagi ada hal yang disembunyikan. Orang tua mereka juga mendukung keputusan mereka.

Kris meletakkan sumpitnya di atas meja, meneguk segelas air minum yang ada disampingnya. Dia menghentikan aktivitas makannya padahal makanan dipiringnya belum habis. Matanya menatap lekat pada Jiyeon. Tatapannya itu seketika membuat Jiyeon menjadi gugup dan salah tingkah.

“Wae…waeyo?” tanya Jiyeon gugup. Dia bahkan tidak berani membalas tatapan Kris yang berhasil membuat detak jantungnya tidak terkendali.

Kris mendekatkan wajahnya ke wajah Jiyeon. “Jiyeon-ah, nan jeongmal saranghae.” ucapnya.

Jiyeon semakin tidak berdaya. Kris tiba-tiba mengunci bibir Jiyeon dengan bibirnya. Entah mengapa Jiyeon tidak dapat menghindar dan melepaskan ciuman dari Kris. Dia pun memjamkan mata dan menikmati ciumannya bersama suami yang kini sangat ia cintai.

END_

Thanks to :
Lestrina eonnie yg udh setia nungguin req ff’y ini T.T jeonhmal mianhae eonnie kalo ff ini kelamaan & ceritanya absurd >,< andinarima yg udh buatin cover lucu nan bgus buat ff ini ^^ Jeongmal gamsahamnida ~

A/N : Annyeonghaseyo! Khekhekhe :D sbelumnya aku mau minta maaf karena diakhir ff ini ada adegan yang belum pantas ditulis oleh author dibawah umur seperti diriku >,< hehe … Harap dimaklumi *plak* wkwkwk ~
Oiya, aku skalian mau numpang promote nih :D khekhe… Jgn lupa kunjungi pageku disini kalo bisa d’follow jg yah ^^ gomawo ~

For my lovely readers keep RCL, no bashing and plagiarism! Okay ^_~

59 pemikiran pada “Silent Married

  1. KYAA!!! Sweet bangett!! :D hehe suka deh sma ff-nya :D hehe, akhirnya jiyeonnie suka sma kris hehe bagus thor ff-nya :D
    Nice ff :D

  2. so sweet banget sih Kris mau nolongin Jiyeon :)
    mau nanya boleh gag ? kamu itu line brp sih sebenernya ? takutnya aku salah manggil eonnie lagi kalo ternyata kamu itu dibawah aku :)

  3. Huuu (u,u)
    ada dimna bagian yang bikin aku ketawa (tingkahnya Kris, sdkit lucu) #Lol O,o
    dan ada bagian dimana aku sedih baca nya T.T

    ..
    ” akhirnya ! Jiyeon ama Kriss Bahagia, (tapi yg pling bahagia sih, kaya nya si Kriss) XD ”
    #DAEBAK min ^^ !!

    • hehe … iya chingu, soal’y ff ini genre’y ada comedy, ada sad jg ^^
      wkwkwkwk :D tentu kris yg pling bhgia, akhir’y cinta’y d’blas jg sma jiyeon ^^ gomawo chingu yg baik hati :) oiya, mampir ke wp aku yah ~

  4. waaa~~~
    akhirnya KrisYeon couple bersatu~ XD
    ffnya keren banget thor~~ sosweet :3
    beruntung banget jiyeon punya suami kaya kris
    udah ganteng, perhatian lagi… aah~~~

    tapi intinya, ffnya keren thor… apalagi castnya jiyeon :)

  5. andai punya kris-ppa juga yg kyk gt di sampingku :( hhh~ enak.a jadi jiyeon-nni T.T mga nasibku sama ma jiyeon-nni :p Amiin xD
    Author nya yahud bgt! Sukses ya~ bkinin tntg suho-ppa n aku dong kpn2! ^^ *plak

  6. kemaren-kemaren sempat cari fanfic eh ketemunya ini, ceritanya bagus aku suka, joaaa~ ^^
    ya walopun jiyeonnya sempat nolak tapi pesona kris emang ga bisa diindahkan ya kkk

    kesabaran berbuah manis ini namanya, pengen deh punya suami kaya kris :D
    mana rela berkorban gitu, waaah keren
    aku suka alurnya, bahasanya juga bagus, terus happy ending lagi. keren lah

Tinggalkan Balasan ke anita Batalkan balasan