Love is Pain

Image

Love Is Pain

 

Title:

Love Is Pain

All Cast(s):

-Do Hwae Ji/YOU

-Park Hyung Seok

-Lee Gi Kwang

-Lee Jun Ho

-Im Yoona

-Park Ji Yeon

-Jessica Jung

-Gong Minzy

-Song Ji Mi (OC)

-Yoo Seung Ho

-Lee Dong Hae

-Park Sang Hyun

-Yang Yo Seob

-Yoo Seung Ho

Length:

Oneshoot

Genre:

Romance, Pain or sad, Angst, AU

Rate:

T

Author:

IloveAJ

Disclaimer:

Ini salah satu FF murni hasil karyaku.
All cast is belong to god, and herself/himself, but, the story is mine!

FF ini aku bikin dalam rangka Brain Storming. Soalnya, lagi Writers Block nih… hehe

25 Agustus 2012

Namaku Hwaeji, tepatnya Do Hwae Ji. Aku berumur 19 tahun.
Orang yang disukai… yeoja di umurku ini sedang suka-sukanya dengan lawan jenis… apalagi ke-4 sahabatku… yaitu Gong Minzy, Jung Soo Yeon atau biasa dipanggil Jessica, Park Jiyeon, dan Im Yoona. Setiap hari, mereka curhat masalah namja padaku… aku selalu sabar mendengarkan curhatan mereka. Minzy yang selalu bercerita tentang Sanghyun yang menurutnya sangat keren dan cool, Jessica yang selalu membicarakan Donghae yang menurutnya itu tampan, padahal menurutku Donghae menyerupai ikan *?*, Jiyeon yang selalu membicarakan Seungho yang jahil, tapi romantic, namun menurutku sedikit gaje, dan YoonA yang selalu membicarakan Junho yang menurutnya… hmm, menurutnya Junho itu perfect. Hmm… menurutku sih tidak… secara, nggak ada orang yang sempurna… betul kan? :D

Dan, hmm… aku tidak menyukai siapapun… aku tidak mengagumi siapapun di kampus ini… namun, bisa dibilang orang bernama Lee Gi Kwang adalah cinta pertamaku… ya, dari SMP sampai SMA aku menyukainya. Namun, sekarang tidak lagi…

Aku pikir… hari-hariku akan berlanjut biasa sampai aku lulus dari kampus ini… tapi, semuanya berubah sejak hari itu, sejak kedatangan anak itu…

6 Mei 2012

Hari ini ulang tahunku… setelah diguyur oleh teman-temanku menggunakan air dan tepung, aku merasa tidak enak badan… huuh… Hari ini kampusku kedatangan 5 murid pertukaran pelajar. Tapi, terpaksa aku membolos kuliah karena tidak enak badan.

Di rumah…

Saat aku sedang menggigil kedinginan di bawah selimut, Yoona meneleponku.

“yeoboseo? Ada apa Yoong..??” sapaku

“Yeoboseo JiJi-Ah…  kamu kenapa bolos? Kamu dicari Park seosangnim lho…” jawab Yoona

“eh? Jinjjayo?” tanyaku takut

“nae, jinjja…. Eh, besok kamu ada jam kuliah lagi? Malam atau pagi atau siang?” jawab Yoona sekaligus bertanya.

“ehh… seperti biasa, aku mengambil kuliah pagi…” jawabku

“ooh… begitu, kalau begitu, besok kita kumpul di Café Lucifer jam 2PM nae!” kata Yoona

“oke. Tapi, mau ngapain??” tanyaku

“ngumpul seperti biasa… sudah ya! Ini aku lagi jam kuliah! Bye!” seru Yoona seraya mematikan telepon.

Dasar… Yoona ini.. sudah tau jam kuliah, kenapa tidak menelepon nanti saja sih? Dasar…
aku kembali meringkuk di balik selimut dan tertidur.

Jam 01:00 PM

Aku menguap lebar. Aku melirik ke jam. Huh, sudah jam 1 siang… wah, aku tertidur selama 5 jam! Itu tidur siang terpanjangku. Tentu saja, mungkin bisa dibilang, ini adalah tidur siang pertamaku seumur hidup… hahaha… ya, aku ini sangat aktif, jadi malas tidur siang…. Hey, tapi biasanya aku tidur malam lebih dari 10 jam!

Karena bosan di rumah, aku memutuskan berjalan-jalan. Tak lupa kuajak ke-4 sahabatku… kami berjanji bertemu di café Lolita. Ya, sesuai namanya, waitressnya-pun pasti berkostum Lolita… :D

Di Café…

Aku duduk termenung di sebuah kursi yang menghadap jendela. Ya, aku sedang menunggu ke-4 sahabatku… seorang waitress yang berpakaian Gothic mendekatiku.

“mau pesan apa nona?” sapa Waitress itu ramah.

“hmm…” gumamku sambil membaca menu “café latte saja 1”

“nae” sahut waitress itu sambil pergi.

15 menit kemudian.

Sudah cukup lama kumenunggu ke-4 sahabatku! Mereka sangat ngaret! *bahasanya jelek ==”* bahkan latte-ku sudah ¼ habis!

Tiba-tiba, Jessica berlari dari arah pintu masuk mendekatiku dengan tampang bersalah.

“JiJi… mianhae… aku terlambat~~ tadi Donghae Oppa mengajakku ke taman, namun aku menolaknya karena ada janji dengan kalian! Dia memaksa, tapi sungguh aku mati-matian menolaknya!!” kata Sica sambil duduk di depanku. Aku diam, tanpa ekspresi. Rasanya agak muak, karena teman-temanku memang selalu terlambat, namun kasihan juga melihat Sica. Yah, aku hanya akan memaafkan Sica saja! Aku tersenyum tulus.

“nae Sica, gwenchana, arraseo…” jawabku sambil tersenyum. Sica membalas senyumanku.

“mau pesan apa?” tanyaku.

“hot green tea.” Jawab Sica. Aku segera memesankannya. Saat aku kembali, ternyata semua teman-temanku sudah datang. Rasa muak kembali menyeruak dalam hatiku. Aku duduk di kursiku dengan kesal. Apalagi saat melihat, latte-ku yang tadinya masih ada menjadi habis tak bersisa. Kemarahanku tak terbendung lagi.

“ya! Siapa yang menghabiskan latte-ku!?” jeritku pelan. Aku melirik semua temanku. Dan, Minzy! Ya, Minzy! Di mulutnya ada bekas minuman!

“Zy-ya… kau.. kau… MINZY-AH!” jeritku pelan. Aku sangat marah.

“m, mwo?” sahut Minzy agak  merinding.

“kau meminum latte-ku!!”

“m, mwo? Jadi… itu milikmu?” Tanya Minzy kaget

“nae!!”

“a, aigoo… mi, mianhae…” kata Minzy memelas. Aku muak, benar-benar muak. Aku memilih berjalan keluar café dengan kesal.

“JiJi!” panggil seseorang. Aku menoleh ogah-ogahan. Dia Yoona.

“ada apa Yoong?” tanyaku datar

“kau marah? Karena kami datang terlambat? Karena Minzy menghabiskan latte-mu?” Tanya Yoona. Aku diam saja. Aku berjalan lurus ke depan. Yoona mengikutiku dari samping.

“hey… jebal, jangan begini… aku ingin curhat…” kata Yoona. Aku menghetikan langkahku. Curhat? Hmm… baiklah. Aku menatap Yoona datar. Ekspresi Yoona menunjukkan kekhawatiran. Aku tersenyum.

“oke. Tapi, jangan kembali ke sana, aku benar-benar muak” kataku.

“nae! Kita ke taman saja!” kata Yoona senang sambil menggandeng tanganku.

Di taman…

Aku dan Yoona duduk di bangku kayu panjang.

“mau curhat tentang apa?” tanyaku mengawali pembicaraan.

“hmm… aku sudah tidak menyukai Junho.” Kata Yoona sedikit malu.

“mwo!? Waeyo?” tanyaku kaget.

“karena aku menyukai orang lain” jawab Yoona.

“nugu?” tanyaku lagi.

“Park Hyung Seok” jawabnya. Nama itu terasa asing di telingaku…

“siapa itu? Sepertinya aku tak pernah dengar” kataku.

“dia murid pertukaran pelajar. Wajar kau tidak kenal. Dia datang hari ini. Saat kau bolos.” Jawab Yoona sedikit menyindir.

“hoo.. begitu… kenapa kau suka dia?” tanyaku.

“dia sangat tampan, dan keren” jawabnya dengan berbunga-bunga.

“ooohh… aku jadi penasaran…” jawabku sambil tersenyum jahil. Yoona memukul pelan lenganku.

“hahaha…” tawaku.

“hey… aku ingin menemui Junho.” Katanya tiba-tiba

“untuk apa? Bukankah kau sudah tidak menyukainya?” tanyaku

“dia menembakku kemarin… aku ingin menolaknya. Padahal, kemarin aku ingin menerimannya…” jawabnya.

“hooo…. YESUNGdahlah” sahutku

“wish me luck!” katanya sambil berdiri

“good luck!” sahutku seraya melambai pada Yoona yang mulai berlari.

10 Menit kemudian.

Aku melihat seorang namja sedang berjalan dengan langkah terseok-seok. Wajahnya juga lebam, penuh bekas pukulan. Aku diam saja sambil memandangnya. Tiba-tiba, namja itu berjalan mendekatiku, lalu duduk di sampingku. Aku hanya memandang namja itu dengan aneh.

“hey, kenapa kau penuh luka begini!?” tanyaku. Dia diam saja.

“hey!” tegurku. Dia menatapku.

“kau pasti tau kenapa” jawabnya datar

“aku tidak tahu” jawabku polos

“tentu saja aku dikeroyok… kau ini… aku yakin kau sudah SMP ke atas, namun kau masih seperti anak SD” katanya. Aku merasa sebal, jadi aku diam saja.

“aku ini sudah kuliah” jawabku setelah sekian menit diam.

“hoo… kalau begitu, kita sama. Kuliah dimana?” tanyanya

“Dongguk” jawabku singkat

“lho… aku juga disitu… jurusan apa?” tanyanya

“sastra” jawabku

“haaa…… aku juga! Hari ini mengambil kelas apa?” tanyanya lagi

“pagi” jawabku

“kita sama! Kok tadi aku tidak melihatmu ya?” tanyanya

“hari ini aku tidak kuliah. Sakit” jawabku

“oooh…”

“hey… aku belum pernah melihatmu…. Kau murid baru?” tanyaku

“eh, bukan, aku pertukaran pelajar… dari U.S” jawabnya

“ooh… pantas…”  sahutku. Tunggu! Pertukaran pelajar… “namamu siapa?” tanyaku

“Park Hyung Seok” jawabnya. Aku tertegun. Mata membulat. Dia… dia orang yang disukai Yoona!!! Aku memperhatikannya dari atas-bawah-atas lagi. Hmm, mungkin kalau tak penuh luka begini dia tampan. Tapi, walaupun begitu, masa Yoona menyukai namja tukang berantem begini!? Lebih baik Junho deh. Hey, mungkin Yoona belum mengetahui tentangnya… ah, dasar Yoona, melihat orang hanya dari tampang…

“o, ooh…” sahutku

“yew?” tanyanya. Mungkin dia bermaksud mengatakan ‘you?’ tapi karena aksen West dan East yang bercampur, jadinya ‘yew?’

“mmm… kau menanyakan namaku?” tanyaku memastikan. Dia mengangguk.

“Do Hwae Ji” jawabku. Dia menoleh padaku.

“Hwae Ji?” tanyanya. Aku mengangguk sambil mengerutkan kening.

“bo, ouch!!” rintihnya. Mungkin, dia ingin mengatakan sesuatu. Namun, luka di sebelah bibirnya itu membuatnya sakit. Aku merogoh sakuku, mencari sapu tanganku. Setelah menemukannya, aku segera memberikan sapu tanganku padanya.

“ini, seka darahmu! Aku ngeri melihatnya!” suruhku. Dia mengambil sapu tanganku.

Dia mengembalikan sapu tanganku.

“nah, tadi kau mau bilang apa?” tanyaku. Dia kembali memandangku.

“boleh kupanggil JiJi?” tanyanya sambil tersenyum.
DEG! Y, ya! Kenapa… kenapa… kenapa, hatiku jadi nggak karuan!? Aku segera membalikkan badan. Aku tidak mau dia melihat wajahku yang mungkin merah.

“hey, boleh tidak?” tanyanya. Aku hanya mengangguk kecil. Aku segera beranjak pergi.

“hey, JiJi, mau kemana?” tanyanya

“pulang!” jawabku sambil mempercepat langkahku.

Di Rumah..

Entah kenapa, aku tidak bisa berhenti memikirkan HyungSeok… padahal, aku tahu, Yoona, sahabatku sendiri menyukainya…

7 mei 2012

06:00 AM

Aku membuka mataku. Lalu melirik jam. Hey! Sudah jam 6! Berarti, ½ jam lagi kuliahku dimulai! Aku harus cepat! Aku bergegas ke kamar mandi.

Di kampus.

07:15 AM

Aku bergegas menuju kelasku. Mungkin, Park Seosangnim sudah datang!

Aku membuka pintu kelasku dan segera duduk di kursi yang tersisa. Aku menghela napas lega karena Park Seosangnim belum datang.

“hey, JiJi” sapa seseorang disebelahku. Aku menoleh. Hey, dia Hyung Seok! Aku segera membalikkan badan.

“waeyo?” tanyanya heran. Aku mengatur napas. Setelah siap, aku membalikkan badan lagi. Berusaha tenang.

“aniyo” jawabku

“hmm…” gumamnya aku diam saja.

Sepanjang pelajaran, aku tidak bisa tenang… dia terus saja berbicara, bertanya, dan menjahiliku… sungguh menyebalkan!

“ada tugas membuat artikel… berpasangan.” Park Seosangnim mengumumkan.

“pembagian kelompoknya dengan undian, silahkan mengambil nomor, yeoja di kanan, namja di kiri. Cari pasangan yang bernomor sama denganmu!” lanjut Park Seosangnim.

3 menit kemudian.

Karena aku datang terlambat, tentu saja mengambilnya belakangan. Sekarang giliranku.

Nomor 10! Hmm…

“hey, siapa yang nomor 10?” seruku. Tiba-tiba, seseorang mengangkat tangan. Hey, dia Junho! Wah, aku berpasangan dengan Junho? Hehehehe, kesempatan bagus…. Aku jadi bisa menanyakan tentang Yoona padanya….

“kalian bisa mengerjakannya jam 2PM!” kata Park Seosangnim. Aku memandang Yoona. Jam 2PM? Tidak jadi ngumpul deh…

02:00 PM

Aku dan Junho sudah janjian mengerjakan tugas di perpustakaan kota. Aku segera memasukkan i-pad-ku ke dalam tas. Lalu bergegas menuju Perpustakaan kota.

Di Perpustakaan Kota…

“hey! Sudah lama menunggu?” sapaku pada Junho yang sudah duduk disamping setumpuk buku. Aku duduk di hadapannya. Aku langsung mengeluarkan i-pad-ku.

“hey, kenapa bawa-bawa I-pad?” Tanya Junho.

“aku malas menulis. Hehehe” jawabku. Junho hanya menggeleng-geleng heran.

20 Menit kemudian…

Kami telah selesai mengerjakan tugas, sekarang kami sedang duduk di bangku depan Perpustakaan kota sambil makan es krim.

“hey, aku mau Tanya” kataku sambil sibuk dengan i-pad-ku.

“Tanya apa?” sahutnya sambil membaca buku, dan makan es krim.

“kau suka Yoona ya?” tanyaku. Dia tertegun.

“umm… nae, tapi dia tidak menyukaiku. Padahal, dulu dia menunjukkan tanda-tanda menyukaiku…” jawabnya sambil mengeluh.

“haha” sahutku datar. Dia menatapku sebal. Sedangkan aku, cuek saja sambil terus sibuk dengan i-pad.

“hey, lagi ngapain sih?” tegurnya.

“rahasia” jawabku asal

“huh… pasti lagi pacaran ya!” tebaknya

“enggak” jawabku

“so? Ngapain make rahasia segala?” tanyanya lagi

“lagi bikin lagu.” Jawabku

“jinjjayo?” tanyanya tidak percaya

“nae.” Jawabku

“bikin lagu apa?” tanyanya

“nggak tau. Asal aja…” jawabku asal.

“dasar yeoja aneh” gumamnya.

Di Rumah…

Aku masih sibuk dengan i-pad-ku… sebenarnya aku membuat lagu untuk perform-nya Minzy.

“huh, yang mau manggung dia, kok yang repot aku!?” gerutuku sambil terus memencet-mencet tombol i-pad. Tiba-tiba, handphone-ku berbunyi. Dari Jiyeon… mau apa dia?

“Yeoboseo… ada apa Yeon?” tanyaku

“yeoboseo… aku mau curhat… >< bisa main ke rumahku sekarang?” jawabnya sekaligus bertanya

“nae” jawabku cepat lalu mematikan telepon. Curhat lagi… ya sudahah..

Di Rumah Jiyeon..

Sudah sampai rumah Jiyeon… sekarang aku sedang duduk di ruang tamunya… Jiyeon datang sambil membawakan minuman dan setoples kue.

“mau curhat apa?” tanyaku mengawali pembicaraan.

“mmh… Seungho… dia berpacaran dengan Chorong!!” pekik Jiyeon.

“Mwo? Kok bisa?” tanyaku

“nado molla… ya, yang jelas… aku cemburu!!! Nggak terima!!!” jerit Jiyeon kesal sambil memukul-mukul bantal. Lama-lama air matanya keluar.

“ya! Jangan menangis… sudahlah…” kataku sambil menyeka air matanya…

“jangan sedih begitu… masih banyak kok, namja yang seperti Seungho, bahkan lebih baik darinya….” Kataku

“tapi, aku cinta dia!!” jeritnya

“hey, hey…. Aku tahu, kau mencintainya, aku juga tahu, pasti susah melupakannya, tapi kau tidak boleh begini… kau harus bisa membuka hati untuk namja lain… oke?” kataku sambil tersenyum. Dia akhirnya mengangguk.

“hey, coba katakan padaku, kau menyukai siapa?” Tanya Jiyeon sambil merangkulku

“kenapa kau bertanya begitu?” aku balik Tanya

“karena, kau selalu mendengar curhatanku dan yang lain, namun, kamu tidak pernah bercerita sedikitpun pada kami. Aku tahu, kau tidak ingin membuat kami repot, tapi, jebal, kami ingin kau repotkan!!” jawab Jiyeon. Aku melongo mendengarnya. Alasan macam apa itu? Lucu sekali. :D

“a, apa… jadi, kalian ingin direpotkan?” tanyaku sambil tersenyum evil. Jiyeon merinding.

“a, aniyo! Maksudku… bukan itu… ta, tapi… maksudku, bukan itu, e, eeh…” jawab Jiyeon gelagapan.

“hahaha… sudahlah, aku hanya bercanda…” kataku menenangkan

“hehe… eh… kamu suka sama siapa nihh??” Tanya Jiyeon lagi sambil menodong.

“I, iya  iya… jangan menodong begitu!!” kataku sambil menjauhkan Jiyeon. Setelah Jiyeon agak jauh, aku menghela napas lega.

“so?” Tanya Jiyeon

“iya, iya! Dasar nggak sabaran… aku….” Jawabku terputus. Aku ingin mengatakan ‘Hyungseok’, namun tenggorokanku seperti tercekat mengetahui Yoona juga menyukai Hyungseok.

“siapa?” Tanya Jiyeon lagi

“Hyu, eh, Gikwang, Lee Gi Kwang” jawabku ragu. Aku memutuskan mengaku menyukai Lee Gi Kwang. Padahal…

“Gikwang!? Woooow…. Seleramu tinggi sekali!!!” puji Jiyeon. Tapi, entah kenapa aku malah merasa tersindir.

“kamu muji atau nyindir sih?” tanyaku.

“ya… muji lah…” jawab Jiyeon sambil melongo heran.

“nae nae… eh, sudah ya, aku pulang dulu…” pamitku sambil beranjak pergi

“nae, Pai paii” sahut Jiyeon

“Paii” balasku

Yah, sebenarnya aku tidak mau pulang, tapi mau ke café sendirian…

Di Café…

Aku duduk di sebuah meja. Aku sudah memesan segelas Cappucino

3 menit kemudian…

Ada seorang namja aneh yang masuk ke dalam kafe. Dia menggunakan jaket kupluk, syal yang nutupin muka, kacamata ski, topi rajut. Aku memperhatikannya dengan tatapan aneh. Kami bertemu pandang, aku segera mengalihkan pandangan ke minumanku. Saat menoleh lagi, orang itu sudah ada di depanku. Akupun sontak tersentak.

“m, mwo! Siapa kau!? Mau apa kau!?” kataku sambil berdiri. Dia ikut berdiri, memegang pundakku lalu menyuruhku duduk kembali.

Dia membuka syal, dan kacamata ski-nya. Dia… GIKWANG!!!!

“Gi, Gikwang!?” tanyaku tidak percaya.

“nae. Ini aku. Gikwang. Tidak kenal huh!?” jawabnya sambil melepas jaketnya, kemudian melepas topi rajutnya.

“tadi memang tidak kenal, sekarang kenal” jawabku asal

“kau ini, sejak dulu tidak berubah! Selalu asal jawab!!” kata Gikwang sambil mengacak rambutku.

“huh…” sahutku

“hey, kenapa tadi memperhatikanku? Apa aku tampan?” Tanya Gikwang PD tingkat akut

“bukan pabo! Tadi kan wajahmu nggak kelihatan, mana mungkin tampan!” jawabku “aku tadi memperhatikanmu karena kau aneh, seperti orang yang mau main ski, tapi habis dari gurun pasir. Hehehe”

“huhhh… tapi, sekarang, apa aku tampan?” Tanya Gikwang serius

“haha…. Jangan Tanya padaku..! aku tidak bagus dalam menilai!” jawabku asal

“hey, aku serius!!” kata Gikwang. Aku tertegun. Kenapa Gikwang jadi serius begini?

Aku diam saja.

“hey…! Jawab aku!” kata Gikwang. Aku menelan ludah. Tiba-tiba, perasaan lama datang kembali! Hatiku jadi nggak karuan!

“a, aniyo, eh, nae, eh, ani, eh, nae, eh…” jawabku gelagapan

“yang benar dong…” kata Gikwang sudah biasa lagi.

“hey, tapi, Yonghwa Oppa tetap paling tampan, oke?” jawabku agak nggak nyambung.

“huh… kau ini aneh, aku Tanya aku! Bukan si Yongha itu!” kata Gikwang

“hey, namanya Yonghwa! Bukan Yongha!” tegurku

“ya, terserah padaku mau memanggilnya apa :p” kata Gikwang

34 menit kemudian….

“Hey, sudah jam 06:12 PM, aku pulang dulu deh…” pamitku

“kuantar” katanya

“andwae!!” tolakku

“waeyo? Jebal~~” katanya sambil memasang puppy eyes. Tapi, puppy eyes-nya itu malah bikin enek.

“aduh, jangan pasang puppy eyes gitu. Nanti yang punya café jadi repot” kataku ngasal

“waeyo? Karena puppy eyes-ku super duper cute?” tanyanya PD lebih akut

“huh, bukan… pemilik café nanti repot, soalnya satu café muntah semua ngeliat puppy eyes-mu yang sumpah, bikin enek itu” jawabku makin asal

“huh…” kata Gikwang sambil manyun. Aku hanya tertawa.

Di Rumah…

Ini baru jam 06:35 PM, dan aku sudah mengantuk! Yah, ini sudah biasa… hehe…

6 Juni

Sudah 1 bulan berlalu sejak kedatangan Hyungseok…. Entah kenapa, aku jadi dekat dengan Gikwang. Padahal dulu, mengerjakan tugas bersama saja, tanpa sepatah kata!

Sahabat-sahabatku sudah memiliki pacar. Kecuali aku dan Yoona.

Minzy dengan Sanghyun, Jessica dengan Donghae, dan Jiyeon dengan Yoseob. Senior yang mukanya menyerupai anak umur 5 tahun *imut maksudnya*

Huh, aku yakin, pasti aku yang paling akhir dapat pacar diantara sahabat-sahabatku. Wajar saja, aku tidak secantik Yoona, aku tidak sepintar Jiyeon, suaraku tidak merdu seperti Jessica, dan aku tidak se-cute Minzy. Aku hanya memiliki tinggi badan. Hehehe, memang, aku yang paling tinggi… XP

Aku jamin, kalau Yoona menembak Hyungseok, pasti dia akan menerimanya. Siapa sih, yang menolak seorang Im YoonA? Tapi aku tidak membenci Yoona lho, aku malah bangga sahabatku bisa sepopuler itu… hehehe…

24 Juni 2012

01:20 PM

“Would you be my yeojachingu?” Tanya Gikwang padaku. Aku melongo mendengarnya.

“mwo?” tanyaku

“aku serius! Jawab aku sekarang!” bentak Gikwang. Aku menelan ludah.

“kasih waktu 5 hari dehh….” Tawarku

“tidak pabo!” tolak Gikwang

“hey, apa pantas mengatai orang yang disukai dengan sebutan ‘pabo’!?” balasku

“nae, nae… mianhae… -_-“ katanya

“JiJi!” panggil seseorang aku menoleh. Dia adalah Yoona. Yoona menarikku menjauh dari Gikwang. Gikwang Cuma bisa teriak-teriak gaje.

Yoona menarikku ke taman. Dia segera mendudukanku di sebuah kursi kayu panjang. Wajahnya sangat merah. Nafasnya juga tidak teratur.

“ada apa? Kau kenapa?” tanyaku khawatir

“a, aku… tadi aku menembak Hyungseok!!” kata Yoona dengan wajah sangaaaaat…. Merah. DEG! Menembak? Aigoo… aku yakin, pasti dia akan menerimannya… siapa coba, yang menolak seorang Im YoonA? Ingat! Aku tidak benci, tapi bangga!

“o, ooh… congrats ya!” kataku masih sedikit kaget “jadi, dia menjawab apa?”

“dia belum jawab. Dia bilang dia akan jawab 5 hari lagi” jawabnya. Aku tertegun. Hmm, mungkin sebaiknya aku menerima Gikwang…

03:14 PM

“jadi? Jawabannya apa?” Tanya Gikwang

“hmm… nae” jawabku singkat. Gikwang diam melongo selama 5 menit. Aku heran. Setelah 5 menit, dia bersorak

“Horee!! Gomawo!!!” soraknya. Sekarang gentian aku yang melongo. Dia ini bener-bener telmi! Gikwang memelukku. Ah, aku jadi susah bernapas.

“hei! Lepaskan aku, sesak!!” keluhku sambil memukulnya. Dia melepaskan pelukannya dengan wajah sumringah *?* aku segera melengos pergi .

Aku berjalan di taman tempatku pertama bertemu dengan Hyungseok. Saat mengingat kata-kata Yoona tadi, aku jadi sedih…

Saat aku sedang mengedarkan pandanganku ke sembarang arah, aku menangkap pemandangan aneh… seperti, Jiyeon dengan seorang namja… hey, siapa itu

Aku mendekati mereka perlahan. Hmm, ternyata itu Jiyeon dan Seungho! Tatapan Seungho seperti marah, tapi Jiyeon terlihat sedih. Hmm… ada apa ya?

Sudahlah, nanti juga Jiyeon pasti akan cerita padaku. Aku berjalan pulang.

Di Rumah…

02:00 AM

“hah… hah…” desahku. Aku sedang dikejar sekumpulan kuda putih! Tentu saja aku lari. Aku berlari terus ke dalam hutan, lalu terjatuh di lubang. Saat itu juga aku terbangun! Ternyata itu hanya mimpi!

“hah… hah…” desahku dengan nafas terengah-engah. Aku mengelus dadaku. Berusaha menenangkan diriku sendiri. Aku tertidur kembali.

Tapi, mimpi yang lebih buruk terjadi. Aku bermimpi, ada sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi, dan kemudian menabrak truk yang berisi bensin. Truk tersebut meledak, mobil tersebut juga meledak. Terdengar teriakan yang sangat memilukan. Aku terhenyak dan bangun.

Aku tidak ingin melihat ‘mimpi merah’ lagi, jadi aku memutuskan untuk mandi.

06:00 AM

Aku sudah berada di sekolah. Namun, perasaan gelisah masih menghantuiku. Tiba-tiba, Hyungseok duduk di depanku.

“hey” tegurnya

“mwo?” sahutku

“kemarin… aku ditembak Yoona” kata Hyungseok. Aku mengerutkan kening.

“so? Memang kenapa? Kenapa bilang padaku? Apa hubungannya denganku?” tanyaku tidak mengerti

“pabo” sahut Hyungseok

“ya!!” seruku sambil hendak memukulnya

“hey, sedang apa kau dengan yeojachingu-ku?” tegur seseorang. Kami berdua menoleh.

“egh? Gikwang… dia.. Yeojachingumu!?” Tanya Hyungseok sambil menunjukku. Gikwang mengangguk. Aku hanya bisa menunduk. Aku tidak ingin Hyungseok tahu…

“o, ooh… Congratulation ya, buat kalian berdua!!” kata Hyungseok sambil tersenyum. Tapi, sepertinya senyum yang tidak tulus. Hmm… kenapa ya?

“nae” sahutku. Dia segera berlari.

Selesai Jam Kuliah…

BRUUKK!! Aku terjatuh karena ditubruk seseorang.

“ukh! Siapa…” seruku terputus saat melihat yang menubrukku adalah Yoona yang… tubuhnya penuh luka…

“Yo, Yoona! Kau kenapa!?” seruku. Namun, Yoona sudah pingsan. Aku segera membawanya ke rumah.

Di Rumah…

Yoona terbaring lemas di tempat tidurku. Aku segera menelepon ke-3 sahabatku, Hyungseok, dan Junho untuk datang ke rumahku.

Semuanya sudah datang kecuali Junho. Dan saat Junho datang… dia datang bersama seorang Yeoja yang tidak kukenal! Siapa dia?

“hey, perkenalkan, namanya Song Ji Mi. dia teman kecilku” kata Junho sembari duduk di kursi di samping Yoona.

Aku hanya mendesah aneh. Disaat seperti ini, masih sempat-sempatnya memperkenalkan teman kecilnya.

“hey… ini rumah siapa? Kok ukurannya sama dengan kost-an-ku?” celetuk Ji Mi. Aku menatapnya aneh.

“eh, ng…” Ji Mi salah tingkah

“hahaha… ini rumahku, memang kecil, karena aku tinggal sendirian” jawabku sambil tertawa melihat Ji Mi salah tingkah

“eh, n, nae… BTW, kenapa kamu tinggal sendirian?” Tanya Ji Mi

“euhm.. orang tuaku ada di Singapura. Aku disini kuliah…” jawabku sambil tersenyum

“oohh.. begitu…” jawab Ji Mi.

“hey! Hey! Kita keluar yuk!!” ajak Jiyeon sambil mengedipkan 1 matanya.

“ke, keluar?” Tanya Ji Mi tidak yakin.

“nae, jangan ganggu mereka” jawab Jiyeon sambil  tersenyum jahil. Walaupun sepertinya Ji Mi tidak yakin, dia akhirnya menurut juga.

Kami mengintip dari balik pintu. Tapi, yang paling semangat ngintip adalah Ji Mi.

“hey, kok mereka diam-diaman?” celetuk Hyungseok. Aku memandangnya aneh.

Aku segera menarik Hyungseok.

“bukankah kau pacar Yoona?” tanyaku

“nae. Memang kenapa?” jawabnya sekaligus bertanya lagi

“kenapa tidak cemburu?” tanyaku aneh

“eh, eeee…” dia sepertinya bingung mau jawab apa.

Tiba-tiba Junho keluar, dan langsung menarik Ji Mi. Aku memandang mereka berdua aneh.

Aku lalu mendatangi Yoona.

“hey! Yoong! Kau kenapa?” tanyaku

“euhmmm… nanti deh, aku cerita….” Jawab Yoona sambil duduk.

Akhirnya,  mereka semua pulang kecuali Jiyeon dan Yoona.

“hey, JiJi… aku mau cerita” kata Jiyeon. Aku dan Yoona serius mendengarkan

“cerita apa?” sahutku

“uhhmm…. Tadi, aku dan Seungho bertengkar, katanya, dulu Seungho menyukaiku…. Tapi…. Karena aku dekat dengan Yoseob Oppa, dia jadi berpacaran dengan Chorong Eonnie… padahal, aku dekat dengan Yoseob Oppa kan karena dia dengan Chorong Eonnie! Ternyata, dulu, sebelum aku jadian dengan Yoseob Oppa, dia dan Chorong Eonnie jadian itu Cuma gossip, setelah aku berpacaran dengan Yoseob Oppa, dia pacaran beneran!!” kata Jiyeon sambil menutup mukanya dengan bantal.

“hoo… lalu? Kamu mau-nya gimana? Putus dengan Yoseob lalu dengan Seungho?” tanyaku. Yoona mengangguk

“ehmm… aniyo, dia bilang, dia sudah terlanjur mencintai Chorong Eonnie.” Keluh Jiyeon. Aku menghela napas panjang.

“sebenarnya… kau mencintai Yoseob atau tidak sih?” tanyaku. Jiyeon mengangguk ragu.

“aku rasa iya” jawabnya ragu. Aku menepuk bahunya.

“hey, yakinlah dengan perasaanmu sendiri…. Kalau kau seperti ini, sama saja kau mempermainkan Yoseob dan dirimu sendiri!” kataku. Jiyeon ternganga.

“maksudmu?” tanyanya sambil mengerutkan kening. Aku menghela napas.

“ya gitu deh, Yoona, ceritakan masalahmu!!” suruhku. Yoona mengangguk sementara Jiyeon menatapku aneh.

“ehhmmm…. Hyungseok…. Menerimaku, lalu, saat aku sedang menunggunya, datang sekelompok orang yang mungkin ingin mengkeroyok Hyungseok…. Tapi, aku yang kena, soalnya aku mencegah mereka dan sedikit memaki mereka…” kata Yoona. Aku dan Jiyeon tercengang. Memaki!? Yoona sampai sebegitunya demi Hyungseok? Aku tertegun. Apa aku bisa, seperti itu? Sekarang aku makin yakin, aku tidak pantas untuk Hyungseok, dan juga Gikwang…. Karena, aku tidak seperti Yoona… hum, setidaknya aku akan berusaha demi Gikwang.. dan, melupakan Hyungseok…

“wo, wow… hebat, kamu bisa ‘begitu’ banget demi Hyungseok….” Pujiku agak canggung. Dia hebat. Pikirku.

25 Juni 2012

02:00 AM

BRAAKK! Mobil itu lagi! Mimpi ini lagi…. Aku berusaha terbangun.

“Hah… Hah…” nafasku tersengal-sengal. Aku bangun untuk mengambil minum. Aku meraih Handphone-ku.

Wow! Ada 13 Missed Call dan 12 Message!? Jam segini!? Ada apa ya? Perasaanku jadi tidak enak…

13 missed call dari… Hyungseok?

12 Message…

1st, from Yoona, diterima jam 00:00 AM. “Kemana saja kamu!? Gikwang kecelakaan!!”

Hanya membaca pesan pertama saja…. Aku sudah tercengang…

2nd, from Jiyeon, diterima jam 00:00 AM “hey! Pacarmu kecelakaan! Mobilnya meledak!! Tapi, dia selamat walaupun kritis! Sekarang dia ada di RS XXX (nama dirahasiakan untuk menghindari tindakan yang tidak diinginkan *?*)”

Mele… dak? Apa karena truk bensin? Apa sesuai mimpi-ku? Aku bergegas mengambil mantelku dan menyambar tasku. Aku akan segera menuju RS.

Aku segera menyetop taxi. Di dalam taxi, aku membuka inbox-ku lagi. Aku tidak sanggup membaca berita tentang Gikwang lagi, jadi aku membaca sms paling pertama.

12th, from Gikwang, diterima jam 11:00 PM. “hey, aku akan pergi sebentar. 5 hari lagi, kita bertemu oke? Saranghae. <3”

Air mataku menitik membaca pesan darinya. Aku tidak habis pikir, apa maksudnya pergi sebentar? Berarti, dia akan sembuh? Dalam 5 hari? Aku sungguh senang jika benar begitu.

Di RS…

Aku disambut dengan tatapan cemas teman-temanku.

Yoona segera menghampiriku dengan tatapan sedih.

“kemana saja kau!? Kenapa kau terlambat!?” bentaknya. Rahangku mengeras, aku bingung mau menjawab apa.

“a, aku baru baca sms-nya, aku ketiduran…” jawabku dengan mulut menganga.

“untunglah Gikwang selamat, walaupun kritis. Padahal, mobilnya sampai hancur lho” kata Jiyeon

“kenapa Gikwang bisa selamat!?” tanyaku

“karena, saat tabrakan, dia terpental ke jalan, sebelum ledakan terjadi, jadi ia terhindar dari ledakan. Walaupun begitu, dia dalam keadaan kritis karena terpental ke jalan. Tulangnya banyak yang patah lho” jawab Jiyeon. Aku tertegun. Terpen… tal? Sakit tidak ya? Ah, itu pertanyaan bodoh. Sekarang, yang penting adalah keadaan Gikwang!

“ba, bagaimana keadaan Gikwang?” tanyaku.

“sudah kubilang, dia kritis. Harapan hidupnya 10,5%.” Jawab Jessica. Aku tercengang. 10,5%!? Itu sangat sedikit!! Ini tidak bisa dipercaya.

“haha, jangan bohong, ini tidak lucu!” kataku seakan-akan ini adalah lelucon. Tapi, memang aku mengharapkan ini hanya lelucon.

“aku tidak bohong! Ini bukan lelucon!!!” seru Jessica. Aku ternganga. Tiba-tiba lututku lemas. Aku segera duduk di kursi di depan pintu kamar Gikwang. Aku menutup wajahku dengan tangan. Menyembunyikan tangisanku.

“tidak mungkin… ini tidak mungkin…” kataku ditengah isakanku.

“sabar nae…. Aku tahu, pasti sulit menerimannya, tapi kau harus kuat….” Kata Yoona sambil mengelus pundakku. Minzy menyodorkan sapu tangan. Aku menerimannya dan menyeka air mataku. Kulihat Hyungseok sedang menatap ke dalam ruangan dengan tatapan cepat-sembuh-atau-kubunuh-kau!

1 Jam kemudian…

Dokter keluar ruangan….

Kami menyambutnya dengan tatapan cemas. Yang paling cemas adalah orangtua Gikwang, dan adik Gikwang.

“bagaimana dok!?” Tanya ibu Gikwang. Dokter menghela napas. Dia menatap kami satu per satu.

“dia…. Selamat!” kata Dokter itu membuat kami yang semula tegang bukan main, menjadi mendesah lega.

“huff… Kamsahamnida Dok, jeongmal kamsahamnida!!” kata Ayah Gikwang, matanya memancarkan kebahagiaan. Aku tersenyum senang melihatnya.

“tapi, dia harus istirahat sekitar 2 Bulan, dan 5 hari lagi baru boleh dijenguk” kata dokter itu.

DEG! Jadi ini maksud sms Gikwang…. Jangan-jangan… ia telah mengetahuinya? Bagaimana mungkin? Mengapa ia tidak lewat jalan lain saja? Tapi, yah, takdir tidak bisa terhindar.

“hey, bagaimana ceritanya kecelakaan itu?” tanyaku

“mobil Gikwang menabrak truk berisi bensin…. Mobilnya meledak, namun sudah kubilang, dia terpental dan ia terselamatkan dari ledakan” jawab Jessica. Aku mengangguk-angguk mengerti. Aku melirik Hyungseok yang menatapku seakan tidak suka. Aku bingung. Dia menarikku.

“ada apa? Hey, jangan mencengkeram tanganku! Sakit tahu!” tegurku. Tapi, ia tetap diam.

“HEY! PABO!!!!” seruku. Dia melepaskan cengkramannya. Dia menatapku tajam.

“mwo!?” tanyaku dengan menatapnya aneh

“hhh… hhh… pacarmu sedang kritis tau! Kenapa kau santai sekali!?” bentaknya. Aku ternganga. Bingung mau menjawab apa. Rahangku mengeras.

“a, aku…..” aku makin bingung mau menjawab apa. Hyungseok berjalan maju satu langkah.

“apa kau tidak mencintainya?” tanyanya. Aku diam saja. Dia maju satu langkah lagi.

“jawab aku!!” serunya. Aku mengangguk ragu. Ia maju satu langkah lagi.

“jadi? Kau suka siapa?” tanyanya. Aku kembali diam. Aku menunduk. Dia menghela napas, maju ke depanku. Memelukku, lalu mengelus rambutku. Aku diam saja. Aku tidak akan menangis!

“hey, kenapa tidak menangis!?” tanyanya. Aku menatapnya aneh.

“hah? Apa maksudmu?” tanyaku heran

“kan harusnya kau menangis, biar seperti di film-film romance gitu loh” jawab Hyungseok. Aku memukul lengannya pelan.

“dasar namja aneh! Kalau mau, lakukan saja dengan pacarmu!!” ejekku. Dia menatapku datar.

“hey, sebenarnya… sa..” katanya terputus

“JiJi!!!” panggil seseorang. Aku menoleh. Sebenarnya aku penasaran dengan apa yang ingin dikatakan Hyungseok.

“mwo?” tanyaku. Jiyeon berlari mendekatiku.

“Gikwang, ia ingin bertemu denganmu!!” serunya dengan nafas tersengal-sengal.

“mwo? Bukankah ia tidak boleh dijenguk?” tanyaku heran

“memang, tapi kata dokter, dia membolehkanmu! Dia takut akan terjadi apa-apa dengan Gikwang!” jelas Jiyeon. Perasaan tak enak kembali menyergapku.

Aku masuk perlahan ke kamar Gikwang.

“Gi… Kwang?” panggilku pelan. Kudapati ia sedang duduk di ranjangnya sambil tersenyum. Wajahnya pucat sekali. Aku duduk di kursi di samping tempat tidurnya.

“ada apa?” tanyaku pelan sambil menggigit bibir bawahku. Aku iba sekali melihat dirinya. Sekujur tubuhnya penuh perban kecuali wajahnya.

“aku… mau Tanya….” Kata Gikwang pelan, dan lemah

“eh? Tanya apa?” tanyaku

“kau…. Apa benar kau mencintaiku?” tanyanya. Aku tertegun. Tenggorokanku tercekat, lidahku kelu.

“a…. aku…. Aniyo, aku benar-benar mencintaimu. Sejak SMP” jawabku. Aku tidak sepenuhnya berbohong, aku memang menyukainya sejak SMP, bohongnya, sekarang aku sudah tidak menyukainya lagi.

“tidak usah bohong, jangan bohongi perasaanmu sendiri…” katanya lembut. Hey, bagaimana dia tahu!?

“me, memangnya kenapa?” tanyaku kaget. Dia menghela napas berat.

“Aku… aku merasa…. Akan lama untuk bisa bertemu denganmu lagi, jadi, katakan yang sebenarnya. Sebelum aku mati” katanya

“ja, jangan bicara begitu! Kau pasti selamat!” bantahku

“tidak. Jawab aku Hwaeji….” Kata Gikwang tajam. Rasanya sesak sekali melihatnya seperti ini. Dadaku sesak, mataku panas.

“a, aku…” kataku sambil menggigit bibir bawah

“jangan menangis… saat aku pergi nanti, jangan pernah kau tangisi aku lagi… oke?” tanyanya sambil tersenyum miris. Aku menggeleng kuat-kuat.

“Andwae! Kau tidak boleh bicara begitu!! Kau pasti selamat! Dengar aku, KAU, PASTI, SELAMAT!” kataku sambil menekankan kata ‘Kau pasti selamat’

“tidak Hwaeji… saranghae, karena itu, katakan yang sebenarnya” katanya

“kuakui… dulu aku menyukaimu, tapi sekarang tidak lagi! Aku akan mencintaimu lagi, karena itu, jangan mati! Bertahanlah! Kumohon!!” kataku, air mataku mulai menetes. Gikwang meyeka air mataku.

“aku lega kau mengatakannya. Terima kasih karena sudah mau mencintaiku lagi… tapi… aku…” katanya. Makin lama, suaranya makin pelan, tangannya terjatuh dari pipiku. Matanya terpejam dengan perlahan. Aku menjerit tertahan. Kuletakkan tanganku di dada bidangnya. Berusaha merasakan detak jantungnya. Namun, sia-sia. Tidak terdengar apapun!!

Alat monitor di samping Gikwang menunjukkan garis lurus. Dokter masuk ke dalam kamar. Aku keluar.

Diluar, aku disambut tatapan cemas. Aku keluar dengan terisak-isak.

“hey, dia kenapa!?” Tanya Yoona khawatir.

“dia… dia…” kataku terputus di sela tangisku. Jiyeon menyuruh Yoona diam. Jiyeon mengelus pundakku, menguatkanku.

15 menit kemudian…

Dokter keluar ruangan dengan tatapan muram. Kami menyambutnya dengan tatapan cemas. Terlebih aku, dengan mataku yang basah.

“bagaimana dok!?” Tanya orang tua Gikwang dengan wajah sangat khawatir

“mianhamnida… kami sudah berusaha semampu kami… namun… tuhan berkehendak lain… mianhae…. Jeongmal mianhae…” kata Dokter sambil menunduk dalam-dalam. Kami semua diam tak percaya. Aku menjerit tertahan. Air mataku mengalir deras.

“bo, bohong…. Dokter, jangan bercanda! Gikwang masih hidup! Pasti dia masih hidup!!” seruku tidak percaya.

“jeongmal mianhamnida…..” kata dokter itu lagi. Lalu berlalu pergi. Aku masih tidak percaya. Ayah Gikwang berjalan keluar. Dia tidak menangis, dan juga tidak berteriak. Tapi, wajahnya menunjukkan tekanan yang sangat besar. Ibu Gikwang terduduk di lantai sambil menangis, adik Gikwang menenangkan ibunya dengan berurai air mata. Aku mendekati ibu Gikwang. Mengelus punggungnya dengan berurai air mata. Perlahan lahan, semua temanku ikut menenangkan ibu Gikwang.

26 Juni 2012….

Kami semua sedang di pemakaman Gikwang. Aku merasa terpukul. Tiba-tiba, ada seseorang menarik tanganku.

“mwo……?” tanyaku pada Hyungseok yang menarikku sambil menatapnya kosong.

“jangan terlalu terpuruk! Dia jadi tidak bisa tenang di alam sana, kau tahu!?” bentaknya. Aku hanya menatapnya kosong

“hidupmu masih panjang…. Jangan sia-siakan…” katanya lembut. Air mataku mengalir. Dia bergerak maju dan memelukku. Aku terisak di pelukannya.

“silahkan menangis sepuasmu.” Katanya. Aku melepaskan pelukannya.

“jangan lakukan ini lagi. Kau punya Yoona, kau tau!?” kataku dingin

“aku sudah putus” jawabnya. Aku tertegun. Putus? Kenapa?

“kenapa?” tanyaku

“karena aku menyukaimu” jawabnya. Aku ternganga.

“bagaimana?” tanyanya. Aku hendak menjawab iya. Namun, kuurungkan niatku. Aku menggeleng pelan.

“Mianhae… aku tidak bisa menerimamu di pemakaman kekasihku” kataku datar sambil berlalu pergi.

“selamat tinggal” katanya lirih. Aku menoleh.

“mwo? Apa maksudmu?” tanyaku

“aku akan kembali ke U.S” jawabnya.

“eh?”

“aku akan kembali ke U.S” ulangnya

“mwo?” tanyaku tidak percaya

“nae…..” katanya. Aku memeluknya.

“saranhae… jangan tinggalkan aku…” kataku. Dia membalas pelukanku.

“nado Saranghae… hey, tunggu aku.. aku akan kembali…” katanya

5 Tahun kemudian……

26 Juni 2017

Sudah 5 tahun… sekarang usiaku 24 tahun…. Aku sudah menjadi desaigner pakaian terkenal. Namun, aku belum bisa melupakan Hyungseok dan Gikwang.

Hari ini, peringatan kematian Gikwang. Aku dan teman-temanku akan berkumpul di makamnya.

Namun, ada yang aneh… ada 1 orang asing yang datang. Dia menghampiriku.

“hai” sapanya

“hai… kau siapa??” tanyaku. Ia melepas kacamata hitamnya. Dia… Hyungseok!! Aku segera memeluknya.

“kau kembali!!” seruku.

“nae, imma back!!” serunya. Terdengar sayup-sayup suara. “berbahagialah” dari atas.

Entahlah, mungkin itu Gikwang?

Author pov.

Gikwang menatap Hwaeji dengan bahagia dari alam sana.

Di tempat lain.

Junho sedang makan dengan Ji Mi.

“hey…. Apa kau masih suka dengan Im YoonA?” Tanya Ji Mi sambil menunduk

“hmm… aniyo. Wae?” jawab Junho sambil bertanya balik

“kalau begitu…. Apa boleh, aku menjadi penggantinya?” Tanya Ji Mi takut-takut.

“boleh saja. Tapi dengan satu syarat. Maukah kau membantuku?” Tanya Junho

“me, membantu apa?” Tanya Ji Mi

“membantuku untuk mencintaimu….” Jawab Junho sambil tersenyum.

“nae! Dengan senang hati!!” jawab Ji Mi senang.

—————–The End————————————

Ottokhae??? ancur? pastii….!! tetep comment nae!

21 pemikiran pada “Love is Pain

  1. huhuhuuuu gi kwang oppa mati??
    but… nice story…^^
    tapi lain kali enternya di dikitin ya?? jadi panjaaaaang bgt tuh ceritanya.. :)
    selain itusih bagus bgt…^^ like it..

    • nae, soalnya dia suamiku! *nggak nyambung XP*

      hohoho, Gomawo!

      iya nih, aku juga bingung, kok jadinya kaya gitu?? padahal enggak loh! :D

      hehehe, Gomawo! :D

Tinggalkan Balasan ke Yoo Jangmi Batalkan balasan