Whether I Hate You or Not (Chapter 8A)

cover ff whether I hate you or not chapter 8

Title                       :Whether I hate you or not

Author                  : Kim Sae na a.k.a Devi

Rating                   : PG13/NC17/Straight/Series/On Writing

Genre                   : Romance/Angst/Tragedy/Family/Life

Cast                       :

Main Cast            :

Super junior – Lee Donghae

Kim Yoonmi

Choi Saena (OC)

Support cast           :

SHINee – Choi Minho, Kim Jonghyun

Kim Yoonhee(OC)

Other Cast : FIND BY YOURSELF!

Disclaimer          : Super junior,SHINee, and SNSD  are belong to God,SM Entertaiment,and their parents. The Original Character is mine. This fanfic is just for fun. Please No Bash! and please don’t sue me.If you don’t like this fanfic. Please don’t read. This story is mine.Don’t take this fanfic without permission from me. If you want to take this fanfic.Please take with full credit.          

Warning               : Lolicon,a little bit violence and NC 

Prev chap :

Prolog   Chapter 1     Chapter 2    Chapter 3    Chapter 4    Chapter 5   Chapter 6  

Chapter 7 (B )   Chapter 8 (A  C)

Chapter 8a- My Destiny is you

New Support Cast   – Girls Generation – Jung Sooyeon a.k.a Jessica Jung

#NP

DBSK – Picture of you

Yesung Super Junior – It has to be you (ost.Cinderella stepsister)

MBLAQ – It’s War

Author Pov      

Seorang wanita paruh baya dengan rambut yang di cat warna cokelat tanah sedang duduk sambil menyesap tehnya. Sesekali ia melirik jam dinding yang terpampang jelas di dinding berwallpaper senada dengan rambutnya. Ia tampak menggerutu pelan karena orang yang ditunggunya belum datang, padahal waktu janjian mereka sudah cukup lama terlewat.

“ Aku tidak punya banyak waktu untuk meladeni omong kosongmu, Hyehwa, kalau kau hanya ingin anakmu itu kembali, maka aku tidak akan membiarkannya.”

“ Huh?! Begitukah sapaanmu pada sahabat lamamu yang sudah dua jam menunggu kedatanganmu?”

Wanita paruh baya lainnya yang baru saja menjejakkan kakinya di lantai café beraliran Prancis itu meletakkan tubuhnya dengan anggun, tetap menjaga eksistentsinya sebagai wanita kalangan atas sekalipun ia sedang merasa emosi.

“ Kau jangan macam-macam padaku, Hyehwa, untuk apa kau mendatangi suamiku?”

“ Kau terlalu kekanakkan, kau tahu apa tujuanku, dan aku tidak semudah itu menyerah apalagi jika kau sadar kalau suamimu juga sudah tidak menginginkan anak itu ada di rumahnya, untuk apa lagi kau mempertahankannya?”

“ Kau..”

“ Karena demi putrimu itu? Huh? astagaa aku tidak menyangka kau begitu melindungi anak yang bahkan sudah mencoreng nama keluargamu.”

Byurr!

Wanita berambut cokelat tanah itu melebarkan matanya saat lawan bicaranya menyiramkan minuman ke wajahnya, membuat rambut dan pakaian bagian atasnya basah.

“ Jaga biacaramu!”

Wanita itu mengambil saputangan dari dalam tasnya dan mengusap wajahnya pelan, serta merta membuat make up yang sedikit tebal yang tadinya menghiasi wajahnya luntur dan meninggalkan alur-alur warna di saputangan peachnya.

Lalu dengan tenang menyimpan saputangan bersulam emas itu di samping cangkirnya yang sudah kosong. Tampak alur kemarahan di dalam matanya, tetapi ia berusaha menahannya dan menggantinya dengan sebuah senyuman tenang.

“ Kau jangan menyangkal, walaupun selama ini aku menutupinya dengan baik. Kau lupa kalau aku tahu semua itu dan aku bisa saja menyebarkannya ke media dan kau tahu itu akan berdampak apa pada perusahaan suamimu?”

“ Aku kira kau bukanlah orang yang suka mengambil jalan tengah? Begitu berartinyakah anak itu untukmu?”

“ Aku hanya mengambil hakku… dia putriku!”

“ Hmm, kita lihat nanti, Hyehwa, mungkin putrimu saja akan membencimu.”

“ Aku dengar anakmu akan menikah.”

Raut wajah wanita itu yang tadinya dipenuhi emosi berubah menjadi raut wajah kebingungan.

“ Sudah berapa lama kau memata-matai keluarga kami?”

“ Itu tidak penting… kalau dia akan menikah sudah pasti ia tidak akan membutuhkan putriku lagi, jadi kembalikan dia!”

Whether I Hate You or Not │©2011-2012 by Ksaena

Chapter 8a – My Destiny is you

ALL RIGHT RESERVED

        Yoonmi berdiri mematung di depan banyaknya gaun mewah dengan sulaman-sulaman dan payet yang menghiasi bagian depannya. Tampak cemerlang sesuai dengan fungsi gaun itu, membuat sang pemakainya menjadi putri sehari dan tentunya gaun itu hanya dipakai sekali seumur hidup. Pada saat pendulangan takdir seseorang, pengucapan janji suci dan langkah menuju kehidupan yang tidak lagi sama.

Setidaknya itulah yang diharapkan semua orang yang mengenakan gaun itu, hanya memakainya sekali dalam hidup mereka. Berharap sesuatu yang sempurna di saat hari bahagia mereka.

Yoonmi tampak kebingungan saat pelayan toko itu memberikan beberapa saran gaun untuk dicobanya. Sesuatu yang diimpikannya sejak kecil, mengenakan gaun indah dan bersanding dengan seseorang yang dicintainya, sayangnya impian itu hampir pudar dan menghilang karena satu kesalahan fatal. Donghae berhasil menyelamatkan impiannya dengan keinginan pria itu menikahi Yoonmi.

Yoonmi hanya tersenyum dan berkata halus kalau ia akan menunggu calon suaminya datang baru ia akan mencoba gaun-gaun itu. Ia mengambil ponselnya yang terletak di tas tangan yang dibawanya. Ia menekan tombol panggilan cepat yang mengarah pada satu nama.

Yoboseyo?”

“ Euhmm, Donghae-ah…aku…” Yoonmi kesulitan mencari kata-kata yang tepat. Entah mengapa hatinya tidak terpaut pada satu tujuan itu. Ia begitu terpesona pada suara seseorang yang berhasil masuk dan mengubah jalan hatinya.

“ Ada apa?”

“ Apa kau sedang sibuk?”

“ Tentu saja tidak.” satu hal lolos dari perhatian Yoonmi, nada suara Donghae yang mendadak berubah menjadi lebih gugup.

“ Aku membutuhkanmu untuk memberi saran, gaun yang mana yang harus aku beli. Euhmm tapi kalau kau tidak mau…”

“Aku mau…” Donghae menjawab cepat dan itu membuat senyum di bibir Yoonmi terkembang sempurna.

Ne, aku tunggu kau di butik 4 Season ya..”

“ Tentu saja,Yoonmi, aku akan datang.”

Yoonmi menutup flip ponselnya dan memasukkan benda itu ke dalam tas tangannya sambil melihat ke arah deretan gaun-gaun yang berjejeran anggun di depannya. Tanpa sadar karena terlalu terfokus pada deretan benda di hadapannya, tubuh Yoonmi sedikit oleng dan menabrak tubuh seseorang yang sedang berjalan di belakangnya.

Membuat ponsel orang itu terjatuh dan baterainya terlepas, Yoonmi sadar akan kesalahannya, ia pun segera mengambil ponsel orang itu dan memberikannya pada pemiliknya. Yoonmi terpesona dengan seseorang yang tidak sengaja ia tabrak. Seorang wanita yang mungkin seumuran dengannya,salah satu wanita tercantik yang pernah dilihatnya.

Wanita itu hanya tersenyum samar saat mendengar permintaan maaf dari Yoonmi. Ia melangkah anggun menunju ke dalam butik sambil berusaha menyatukan kembali ponselnya yang sudah terpisah menjadi dua bagian. Yoonmi menghela nafas lega karena wanita itu tidak membentaknya karena kecerobohannya. Yoonmi terus memperhatikan langkah wanita itu menuju ke sebuah ruangan, mungkin ruangan staff.

Jangan-jangan ia adalah pemilik butik ini..

Dilihat dari style yang digunakan oleh wanita itu sudah pasti ia bukan salah satu penjaga butik. Tatanan rambut spiral cokelat caramel miliknya, make up tipis yang menghiasi wajahnya, terlihat anggun dengan setelan baju kerjanya, semuanya membungkus sempurna dirinya. Walaupun sebenarnya ia berpakaian biasa saja layaknya orang lain, Yoonmi tahu persis selera berpakaian dan riasan wanita itu termasuk ke dalam ‘high class’.

Jangan lupakan predikat Yoonmi sebagai Designer utama Shining Dream, ia bisa tahu semua itu hanya dalam sekali lihat tanpa harus merasakan bahannya. Segelintir ingatan memasuki otaknya, wajah wanita itu tidak asing, bagaikan déjà vu ia bahkan bisa merasakan pertemuan mereka sebelumnya, namun di mana situasi itu terjadi  Yoonmi tidak bisa menerkanya dengan jelas.

***

        Donghae merogoh saku jasnya saat merasakan ponselnya berbunyi lagi. Ia menyambungkan kabel headset pada telinganya dan menekan benda itu, tetap fokus pada kegiatannya melajukan mobilnya menuju tempat yang diberitahkuan pada Yoonmi.

“ Donghae, eomma pikir kau bukan tipe anak yang seperti ini.”

Donghae menautkan alisnya saat mendengar sebuah suara yang tidak asing. Ia mengeluarkan ponselnya dengan gerakan hati-hati. Ia melihat display ponselnya menunjukkan panggilan yang berasal dari eommanya.

“ Apa maksudmu, eomma?”

“ Kau akan menikah tetapi kau bahkan tidak memberitahuku soal apa-apa, kau bahkan sudah menemui orang tua gadis itu untuk meminta persetujuan, tetapi dengan aku dan appamu, orang tua kandungmu sendiri, kau bahkan tidak meminta restu.”

Eomma dengarkan aku…” Donghae berusaha memutuskan rentetan kalimat yang dilontarkan eommanya.

Aigoo Donghae-ah,j angan mentang-mentang kau merasa kau sudah dewasa, kau bisa memutuskan semuanya sendiri.”

Eomma, aku memang berencana akan menikah, tapi tentu saja aku akan menikah dengan restu darimu, aku akan segera mengenalkannya padamu dan appa.”

“ Cepat bawa ia kemari, Donghae dan jangan harap kau bisa menikah tanpa restu. Hidupmu tidak akan bahagia.”

Donghae hanya tertawa renyah sebelum memutuskan sambungan telepon dengan wanita yang paling dicintainya itu. Memang sebuah langkah nekat yang diambil oleh seorang Lee Donghae,beberapa waktu setelah ia melamar Yoonmi, ia segera menemui orang tua gadis itu ,lebih tepatnya hanya eomma dari gadis itu, karena appanya menolak untuk menemui Donghae, entah dengan alasan yang kurang jelas.

Sebenarnya pernikahan mereka tidak harus secepat itu karena orang tua Donghae belum mengetahui apa-apa perihal pernikahannya, jangan tanya darimana eommanya tahu, karena sudah pasti sang eomma mempunyai sumber informasi di mana-mana. Memang sudah beberapa tahun Donghae hidup terpisah dari eomma dan appanya. Sejak appanya memutuskan untuk berhenti dari jabatan Presiden Direktur, ia dan eomma Donghae memutuskan untuk tinggal di London, sekalian berlibur menikmati saat mereka berdua karena mereka merasa Donghae sudah cukup dewasa untuk mengurus semuanya sendiri termasuk mengurus perusahaan.

Tetapi bukan berarti kedua orang tuanya sama sekali tidak memperhatikan perkembangannya selama ini, bahkan sang appa dengan tegas memberikan jabatan Presiden Direktur padanya karena kerja keras Donghae selama ini. Jadi berita kalau Donghae akan segera menikah bukanlah hal yang sulit untuk diketahui. Donghae sudah bisa menduga kalau appa dan eommanya akan segera pulang ke Korea hanya untuk melihat gadis pilihan Donghae. Memang mereka tidak memaksa Donghae untuk secepatnya menikah, tetapi tetap saja jika anak itu sudah memutuskan untuk menikah, bahkan di saat selama ini tidak ada wanita di sekelilingnya, itu adalah hal yang cukup mengejutkan.

Donghae mengemudikan mobilnya masuk ke dalam sebuah butik yang cukup ternama di Seoul, salah satu butik yang terbilang baru masuk ke dalam jajaran butik paling eksklusif di Korea. Donghae merasa tidak asing jika butik ini berhasil mendunia hanya dalam waktu beberapa bulan setelah diluncurkan, karena perusahaan yang memproduksi butik ini adalah salah satu kompetitor terbesarnya dalam bidang fashion. Salah satu saingannya terberatnya dalam dunia bisnis. Donghae sama sekali tidak keberatan saat Yoonmi menunjuk butik ini sebagai tempat yang akan menghasilkan pakaian untuk hari bersejarah mereka nanti, karena terbukti kualitas tempat ini yang berkelas. Tidak ada larangan untuk membeli produksi lawan, bukan begitu?

Tidak sulit untuk menemukan sosok Yoonmi di dalam butik mewah dan besar itu. Donghae seolah sudah dilengkapi radar khusus yang bisa mendeteksi di mana pun gadis itu berada. Ia dengan mudah dapat menemukan Yoonmi yang seolah tenggelam dalam puluhan atau mungkin ratusan gaun pengantin berbagai model dan warna.

“ Sudah lama menunggu?” Donghae merengkuh pinggang gadis itu dan menghirup aroma parfum yang biasa dikenakan gadis itu,mmemberikan sensasi aneh yang menggelitik persendiannya.

“ Donghae-ah lepaskan…” Yoonmi merasa sedikit risih dengan perlakuan Donghae yang menurutnya terlalu frontal.

“ Salah kalau aku memeluk calon istriku sendiri?”

“ Bukan begitu…” Donghae akhirnya melepaskan pelukannya dari tubuh Yoonmi.Berhenti menggoda gadis itu,karena ia bisa melihat semburat merah di wajah Yoonmi.

“ Donghae, kau suka yang mana?” Yoonmi menunjuk deretan gaun di depannya. Semuanya tampak biasa saja di mata Donghae bahkan semewah apapun gaun itu karena yang tampak berkilau di matanya hanyalah Yoonmi.

“ Hmm semuanya bagus.”

“ Bukan itu jawaban yang aku harapkan darimu, Donghae-ah.”

Ne,aku tahu…Tetapi semuanya terasa sempurna di mataku.”

Tiba-tiba suasana diam menyelimuti keduanya. Seolah mereka berdua enggan berbicara satu sama lain, hanya gesekan sepatu berhak tinggi dan lantai marmer yang terdengar, serta merta kesibukkan beberapa pasangan lain yang sedang memilih gaun.

“ Kau yakin akan meneruskan ini semua, Donghae-ah?” Yoonmi berkata dengan nada ragu. Mendadak keraguan menyelimutinya di saat-saat ia sudah memantapkan hatinya untuk Donghae.

“ Memangnya kenapa,Yoonmi?”

“ Kau bahkan belum mengenalkanku pada orang tuamu.”

“ Tenang saja, Yoonmi, aku yakin mereka akan suka padamu.” Donghae berusaha meyakinkan Yoonmi dengan senyumannya, walaupun ia sendiri ragu akan perkataannya.

***

          Minho hanya bisa memandang sedih pada hamparan foto-foto Yoonhee yang diambilnya secara diam-diam. Perasaan sakit kembali menyeruak memenuhi hatinya serta pikirannya. Kenyataan bahwa Yoonhee bukan seperti apa yang dibanyangkannya selama ini,kenyataan bahwa Yoonhee adalah salah satu orang yang selama ini harusnya ia benci. Tidak ada teriakan frustasi, tidak ada pukulan penuh emosi, semuanya teredam dan terkubur dalam-dalam.

Memilih bukanlah perkara mudah, ada yang harus dikorbakan ketika kita memutuskan memilih sesuatu. Meninggalkan apa yang tidak terpilih jauh-jauh di belakang, tidak lagi melihat sesuatu itu atau hatimu akan goyah ketika melihatnya. Pilihan adalah keputusan, sesuatu yang lahir dari hati dan pemikiran murni, mencari jawaban hati nurani, hati yang bersih tanpa adanya selubung yang mengikat.

Di sini ketegaran hati pria itu diuji, oleh keegoisannya untuk tetap memiliki Yoonhee, secara tidak langsung menyakiti Saena, salah satu orang yang disayanginya atau mengorbankan hatinya dengan meninggalkan Yoonhee, satu-satunya wanita yang berhasil masuk begitu dalam ke dalam hatinya, begitu menancapkan durinya ke dalam kalbu, menimbulkan bekas luka yang dalam jika duri itu dicabut.

Pelukan perpisahan mereka beberapa jam yang lalu serasa membekas dengan jelas, Minho masih mengingat dengan jelas wangi parfum yang berasal tubuh gadis itu. Seakan menempel di persendiannya, mencanduinya dengan wangi yang sama setiap saat, setiap tarikan nafasnya. Saat pelukan mereka terlepas, Minho tahu itu tandanya ia dan Yoonhee harus berpisah. Sama seperti kata-kata yang diucapakannya, berpisah demi dirinya sendiri dan Yoonhee, walaupun ia tidak yakin bisa bertahan hidup dengan cara yang sama.

Semua perasaan, semua angan-angan tinggi yang tak tercapai, semua kenyataan, semua pilihan, semua keputusan bersumber dari hati. Sang pemegang tahta tertinggi dari perasaan manusia. Ketika kita tidak bisa lagi mengontrol segalanya dengan pikiran yang logis, hati akan mengambil alih semuanya lewat perasaan. Tidak ada lagi kata logika yang tepat ketika hati sudah berbicara. Minho sudah mengambil satu keputusan dan itu membunuhnya secara pelan-pelan.

***

        Mungkin kita mengambil keputusan yang salah saat melangkah. Satu hal yang berhasil mengubah keseluruhannya. Saena berjalan pelan memasuki rumah, berusaha menerima semuanya dengan ketegaran.Tetapi hatinya tetap tidak mau diam, terlanjur hancur saat Donghae mangatakan kata ‘menikah’. Satu kata magis yang harusnya dipenuhi oleh senyuman kebahagaiaan. Tetapi salahkah jika ada saja hati yang terlalu egois untuk tidak menerima kata-kata itu?

Tanpa sengaja matanya tertuju pada satu objek di dalam kamar Minho. Harusnya objek itu adalah manusia yang bernama Choi Minho, seseorang yang seolah-olah mempunyai dua kepribadian, di sekolah bisa menjadi patung lilin, di rumah ia seolah-olah mencair dengan keramahan yang terpeta jelas dari senyumannya. Tetapi apa yang dilihatnya sekarang bukanlah dua sosok Minho yang seperti itu.

Melainkan sesosok raga tanpa jiwa, kosong dan hampa. Lebih parah daripada sifat dingin Minho saat di sekolah. Saat ini sifat itu tidak lagi dibuat-buat atau sengaja ditonjolkan melainkan ada suatu kekuatan tak terlihat yang mencekiknya, membuatnya keluar dari area yang dibentuknya sendiri. Menghancurkannya dari dalam, lebih parah dari perkiraannya.

Saena tidak tahu dampak perkataannya akan merubah Minho menjadi sosok yang sama sekali berubah. Membuat pria itu menjadi benar-bener tersiksa dengan perasaannya sendiri. Siapa sebenarnya yang egois?

“ Aku tidak tahu Minho, kau begitu mencintai gadis itu.” Saena berbisik pelan sambil menutup pintu kamar Minho yang sedikit terbuka. Bahkan suara pintu yang tertutup itu tidak berhasil menyadarkan Minho dari lamunannya. Dari dunianya yang seakan hampa dan bening tanpa adanya lagi warna yang menghiasinya. Mata pria itu tetap terpejam, seolah-olah fokus pada sesuatu padahal tidak ada satu hal pun yang didengarkannya.

Saena berjalan menuju kamarnya yang terletak di sebelah kamar adiknya itu. Ia menyadari kesalahan yang sudah dilakukannya. Terlalu besar…terlalu egois… Sejujurnya ia sama sekali tidak mempunyai hak untuk melarang pria itu berdekatan dengan Yoonhee. Kebaikan macam apa yang sedang berusaha diciptakannya, kalau ternyata sesuatu yang dibilang ‘baik’ itu malah membunuh. Terlalu sakit, namun tidak ada yang bisa dilakukannya untuk mengobati hati yang sedang luka itu, termasuk mengobati hatinya yang perih,karena masalahnya sendiri,masalah kontrol perasaannya, serta masalah perbuatannya.

“ Choi Minho, aku memang bukan noona yang baik untukmu, aku tidak peka padamu, aku tidak tahu apa yang kau inginkan dan apa yang memang terbaik untukmu.” Saena memandang langit-langit kamarnya dengan perasaan campur aduk. Diantara semua perasaan bersalahnya, ia memang tidak menginginkan Yoonhee bersama Minho,tetapi jika hal itu membuat Minho menderita, apa lagi yang bisa diperbuatnya selain mengizinkan Minho bersama gadis itu?

***

        “ Apa yang kau tahu tentang gadis yang diincar Donghae?” Nyonya lee memandang foto-foto yang berhamburan di meja kerjanya.

“ Namanya Kim Yoonmi, putri sulung dari dua bersaudara, ayahnya Kim Youngjae adalah seorang Presdir dari salah satu perusaahan tekstil terbaik di Korea dan ibunya Han Heesoo merupakan ibu rumah tangga biasa. Kim Yoonmi sejak kelas 1 SMP sudah bersekolah di Paris untuk beberapa alasan tertentu, kemudian ia sempat kembali saat ke Korea saat ia lulus SMA, lalu kemudian kembali lagi ke Paris untuk kuliah dan bekerja selama dua tahun sebagai designer di sebuah perusahaan fashion terkenal di Paris, namun dua tahun yang lalu ia kembali ke Korea dan melepas semua karirnya yang sedang bersinar tanpa adanya alasan yang jelas, yang diungkapkannya ke media adalah karena ia merindukan keluarganya di Korea.

Kim Yoonmi adalah designer baru di Shining Dream, ia baru saja masuk ke perusahaan milik Tuan muda beberapa bulan yang lalu. Sejak ia masuk,  dari beberapa kabar yang beredar terbukti kalau Tuan Lee Donghae berusaha mendekati Kim Yoonmi entah untuk alasan apa dan mereka selama ini memang terlihat dekat walaupun tidak jelas apakah ada hubungan khusus diantara mereka.”

“ Beberapa bulan yang lalu Donghae baru mengenalnya?”

“ Benar, nyonya besar…Itu adalah kabar yang saya dengar.”

“ Cepat sekali Donghae memutuskan menikah dengan gadis yang bahkan belum jelas pernah menjadi kekasihnya atau tidak.” Nyonya lee mengambil salah satu foto itu dan memperhatikan lekuk wajah Yoonmi.

“ Cantik… mungkin pantas jika Donghae menyukainya, lagipula aku sudah lama menantikan kata-kata menikah keluar dari mulutnya. Baiklah kau boleh keluar.”

Pria dengan pakaian formal itu membungkukkan badannya kemudian melangkah keluar dari ruangan itu. Nyonya lee mengambil beberapa gambar lain dan memperhatikannya dengan seksama sebelum meletakkannya kembali ke atas meja.

“ Donghae… apa yang sebenarnya ada di pikiranmu saat ingin menikahinya? Bahkan dengan gadis itu saja, gadis yang sudah jelas-jelas kau cintai dan mencintaimu, kau tidak pernah mengatakan ingin menikah. Tapi mengapa dengan Yoonmi ? Apa istimewanya gadis ini?”

***

Masa lalu itu kembali

merusak semua yang sudah sempurna

menjadi pengacau dan racun

mematikan hati, menghancurkan raga, membekukan jiwa

Drrt drrtt

Gadis berambut caramel itu menghentikan kegiatannya menatau grafik-grafik yang berada di layar laptopnya. Bernafas lega karena bisa terbebas sebentar dari tugas yang membuat kepalanya sakit.

Sender : 0207889XXXX

Aku tahu kau belum siap tapi kau sudah 1 tahun berada di Korea, apa kau mau terus-terusan seperti ini?

Gadis itu menatap display ponselnya dengan tatapan hampa, tadinya ia berpikir bisa merilekskan sebagian saraf-saraf otaknya yang sudah kusut karena berkutat dengan urusan perusahaannya, tetapi ternyata pesan itu malah membuat otaknya semakin bermasalah, urusan pekerjaan dan urusan hati.

To : 0207889XXXX

Bisakah kau tidak membahas masalah itu?

Sender : 0207889XXXX

Kau masih bersikeras rupanya… Bukankah kau kembali untuknya? Tapi kenapa tidak ada satu hal yang kau perbuat untuk membuatnya benar-benar kembali padamu?

Gadis itu melemparkan ponselnya ke atas meja, tidak peduli bahkan jika tindakannya itu dapat menggores-gores ponsel mahalnya atu bahkan bisa merusaknya. Ia benar-benar benci disudutkan dan sang pengirim pesan itu, walaupun terkesan peduli padanya, itu membuatnya kesal karena apa yang dibicarakan oleh orang itu adalah kenyataan dan benar adanya.

Bisa saja lidahnya meyangkal semua itu, bisa saja ia mengatakan kalau ia sama sekali tidak menginginkan hal itu, tetapi hatinya tidak bisa menyangkal, ia sudah lama berusaha membodohi hati dan pikirannya, tetapi tetap saja ia tidak bisa meyangkal itu semua secara permanen, suatu saat kotak masa lalu itu akan terbuka, menjadi racun untuk setiap sarafnya, dipenuhi lagi oleh kenangan-kenangan itu.

Drrrttt drrrtt

Gadis itu tersentak dari lamunannya, ia melirik ponselnya yang berbunyi terus-menerus menandakan ada panggilan masuk.

Yoboseyo. Ada apa?”         

        “ Aku rasa aku harus menasehatimu lagi, jadi ada baiknya kita bertemu.”

“ Ahh sudahlah kau akan merusak moodku, ini semua sudah menjadi pilihanku, untuk apa kau berusaha masuk ke dalamnya?”

“ Sebagai sahabatmu aku hanya bisa memberikan saran, kalau kau memang ingin melepaskannya, lupakan dia! Jangan terus-terusan memikirkannya. Kalau kau memang ingin dia kembali, kejarlah dia! Jangan hanya diam seperti ini…”

“ Sudah itu saja?”

“ Kau ini kalau a..”

Tut tut tut

Gadis yang berada di sebrang telepon mendesah pelan saat mengetahui panggilannya diputus. Ia hanya bisa menghela nafas melihat kelakuan sahabatnya yang menurutnya terlalu aneh.

Gadis itu kembali melamun, melupakan kegigihannya saat sedang bekerja tadi. Ia memutuskan untuk menentramkan pikirannya sebelum mulai bekerja lagi. Sinar matahari yang menembus kaca tebal di ruangannya, membuatnya merasa sedikit tenang karena rasa hangat yang menjalari permukaan kulitnya, tidak berhasil membuatnya berkeringat karena ruangan kerjanya yang full AC, tetapi hangat sinar matahari ini membuatnya ingat dengan kehangatan yang sama yang pernah diberikan seseorang padanya.

Tok Tok Tok

Ketukan di pintu ruang kerjanya, menyadarkan gadis itu dari lamunannya yang sudah berkeliaran di mana-mana, membongkar bagian terdalam dari memori otaknya.

“ Nona Jessica jung…”

Ne?”

“ Ada client yang menunggu anda.”

***

        Yoonhee berjalan cepat menuju ke sebuah tempat. Ia sudah berjanji akan menemui seseorang di sana. Walaupun hatinya setengah tidak ingin pergi apalagi orang yang akan ditemuinya adalah salah satu orang yang ingin dihindarinya saat ini.Ketika melihat sosok Jonghyun, Yoonhee semakin mempercepat langkahnya bahkan setengah berlari untuk menemui pria itu.

Yoonhee cukup terkejut mendapati fisik pria itu yang sedikit berubah. Kacamata berframe tebal yang biasanya bertengger menghiasi matanya kini sudah tidak ada, tatanan rambut anak ‘nerd’ yang biasa dikenakannya, kini sudah berubah menjadi model rambut yang biasa digunakan oleh anak-anak yang masuk dalam kategori ‘keren’.

“ Kemana kacamatamu?” Yoonhee menarik kursi di hadapan Jonghyun dan duduk di sana sambil terus memperhatikan perubahan Jonghyun yang ‘wah’.

“ Benda itu… aku tidak mau membuatmu malu pada kencan pertama kita, Yoonhee.”

Yoonhee tercekat mendengarnya, mungkin virus percaya diri pada diri pria ini sudah lewat dari ambang batas kewajaran. Tadi jonghyun yang menghubungi Yoonhee, menyuruh gadis itu untuk datang dan menemuinya. Yoonhee tidak bisa menolak karena memang ia membutuhkan pria itu.

“ Siapa yang mengatakan akan berkencan denganmu? Aku rasa kau salah paham.”

Ne, memang, aku tahu kau juga ingin bertemu denganku.” Jonghyun tersenyum, menunjukkan seringaian khas yang jarang sekali ditunjukkannya pada orang lain.

“ Percaya diri sekali…”

“ Kau tidak akan datang kalau aku mengajakmu, kecuali jika kau mempunyai kepentingan denganku, sekarang kau tahu kalau aku sama sekali tidak mempunyai alasan lain selain aku merindukanmu,untuk mengajakmu pergi, lalu kau datang, padahal jelas-jelas kau tidak tahu apa alasanku.”

Yoonhee hanya bisa menunduk dalam-dalam menyadari perkataan Jonghyun. Ia memang membutuhkan seseorang untuk tempatnya melampiaskan semua emosi yang berkecamuk dalam hati dan pikirannya.

“ Ada masalah antara kau dan Choi Minho?”

“ Hubungan kami memang tidak terlalu baik.”

“ Apa itu penyebab kau datang ke sini?” Jonghyun meniup poninya yang sedikit turun menutupi mata.

Mwo?”

“ Kau membutuhkan tempat untuk berbagi, bukankah begitu nona Yoonhee? Baiklahh… aku akan mendengarkanmu.”

“ Mengapa kau berkata seolah-olah kau mengenalku?”

“ Kau jangan berpura-pura lupa, Yoonhee, aku sudah menyukaimu sejak kita masih sama-sama di Junior High School.”

“ Perlukah kau membahas hal yang sama berulang-ulang?”

Jonghyun hanya tersenyum jail kemudian menarik gelas yang berada di hadapannya dan memutar-mutar sendoknya, menimbulkan putaran-putaran air di dalam gelasnya.

“ Selama kau belum membalas cintaku, aku akan terus mengatakannya berulang kali Yoonhee. Bisa dipastikan kau akan bosan dengan kata-kata Saranghae.”

Yoonhee mulai berpikir pria di hadapannya sudah benar-benar kehilangan kewarasannya, sampai ia menyadari satu hal kalau mereka memiliki kesamaan. Mereka kehilangan kewarasan hanya karena cinta, sebesar itukah pengaruh cinta dalam kehidupan mereka?

Tanpa sadar Yoonhee menyeringai kecil sambil memainkan tempat tissue yang berada dalam jangkauan tangannya. Jonghyun memperhatikan lekuk wajah gadis yang membuatnya hampir gila karena terlalu merindukan sosoknya, terlalu mencintainya, terlalu berharap bisa berjalan sejajar dengannya.

“ Jadi ada apa?”

“ Saena… gadis itu,diam tapi berbahaya.”

“ Penghalang hubunganmu dengan Minho?”

Ne, aku selalu menganggapnya seperti itu walaupun pada kenyataannya Minho adalah dongsaengnya.”

“ Kau itu tidak pernah beruntung, Yoonhee, bagaimana kalau kau bersamaku saja? Aku berani jamin tidak akan ada yang melarang hubungan kita.”

Yoonhee mulai merasa kalau Jonghyun tidak seburuk yang dipikirkannya. Ia yang salah karena selama ini hanya melihat Jonghyun dengan sebelah mata, tidak menyadari kalau pria itu benar-benar peduli padanya, cinta atau malah terobsesi? Hal yang terakhir mungkin saja menjadi nyata, mengingat bagaimana usaha pria itu untuk menjadi ‘pelayan’ selama beberapa tahun.

Kau akan jatuh ke dalam pelukanku, Yoonhee… aku yakin kau akan jatuh..

***

        “ Ada yang bisa saya bantu?” Yoonmi dan Donghae menoleh ke arah sumber suara. Yoonmi terkejut mendapati gadis berambut caramel yang ditabraknya beberapa saat lalu sekarang berdiri di belakangnya dan tersenyum ramah.

“ Ahh ya, Chonun Jung Sooyeon imnida atau anda bisa memanggil saya Jessica…saya yang akan membantu anda memilih gaun beserta paket pre-wedding.”

“ Ah ne, jadi aku ingin konsep yang…” kata-kata Yoonmi seolah-olah berlalu begitu saja tanpa sempat masuk ke dalam otak Donghae. Pria itu terlalu terkejut melihat sesosok gadis yang menyapanya. Ia mengenal dengan jelas siapa gadis itu, tidak usah ditanyakan seberapa besarnya pengaruh gadis itu dalam kehidupan masa lalunya.

“ Tuan lee apakah ada masukan mengenai konsep pernikahan anda?” suara gadis itu tegas dan jelas, Donghae sedikit meragukan apakah gadis itu benar-benar sosok yang dikenalnya.

“ Euhmmm, ne, aku suka semua pilihan calon istriku.” Donghae tersenyum, berusaha menyamarkan rasa gugup, penasaran dan rasa bingungnya terhadap sosok wanita itu.

“ Nona jung, saya minta maaf perihal ponsel anda tadi.”

“ Ah, ne, gwecahana, Nona kim. Ponsel saya juga baik-baik saja, bagaimana kalau kalian ke ruangan saya, saya mempunyai beberapa contoh catalog yang sesuai dengan konsep yang anda inginkan.”

“ Baiklah.”

Sepanjang perjalanan menuju ruangan Jessica. Mata Donghae tetap terpaku pada punggung gadis itu, untuk yang pertama kalinya Donghae mengabaikan sosok Yoonmi yang berjalan di sebelahnya. Tatapan Donghae yang sedikit berbeda bisa ditangkap oleh Yoonmi. Yoonmi merasa Donghae mengenal Jessica sebelumnya, tetapi baik Donghae maupun Jessica sama-sama tidak terlihat saling mengenal, apalagi tatapan Jessica yang terkesan angkuh pada Donghae.

***

        “ Donghae-ah..”

“ Donghae-ah..”

“ Donghae..”

“ LEE DONGHAE..”

CKITTTTT!

Donghae mengerem mobilnya tiba-tiba, membuat mobil berwarna metalik itu hampir menabrak pembatas jalan. Yoonmi memegang seatbeltnya erat-erat dan menutup matanya. Hal ini benar-benar membuatnya terkejut sekaligus merasa bersalah.

Aish…” Donghae memukul stir mobilnya kuat-kuat. Tampak dari matanya, kalau ia dalam kondisi emosi yang tidak stabil.

“ Ada apa Yoonmi? Kenapa kau membuatku terkejut? Kau tahu tadi itu sangat berbahaya, bagaimana kalau kita celaka? Lain kali kalau aku sedang konsentrasi menyetir, jangan menggangguku..”

Mi…mianhae.” Yoonmi benar-benar merasa takut sekarang. Donghae memang tidak mengatakan itu dengan nada membentak, melainkan hanya dengan nada menasehati, tetapi cara pria itu berbicara, cara pria itu menatapnya, semuanya berbeda. Seakan-akan Yoonmi tidak pernah mengenal sosok Donghae yang sebenarnya.

Mengenal sosok Donghae yang sebenarnya?

Ya itu benar, Yoonmi memang belum mengenal sosok Donghae yang sebenarnya. Donghae sudah mengenalnya bahkan ia tahu apa yang menjadi masa lalu kelam Yoonmi, tetapi Yoonmi sama sekali tidak tahu apa-apa mengenai masa lalu Donghae maupun keluarga pria itu.

Lalu kenapa ia memutuskan untuk menikah dengan Donghae, kalau cerita tentang pribadi pria itu sama sekali tidak diketahuinya?

Yoonmi memandang jalan aspal dari dalm jendela mobil Donghae. Tidak ada pembicaraan antara dirinya dan Donghae setelah kejadian tadi. Donghae masih terlihat marah dan Yoonmi tidak mau menyulutkan bensin ke dalam api yang masih belum padam.

Yoonmi mulai meragukan kesiapannya dan Donghae dalam melangkah menuju satu. Menikah adalah ketika dua keluarga menjadi satu, bukan hanya dua insan yang menjadi satu. Sedangkan saat ini,Yoonmi baru mengenal bagian luar dari sosok seorang Lee Donghae, ia belum tahu apa yang ada di dalamnya dan bagaimana keluarga pria itu.

Masih terlalu cepat untuk mengatakan tentang pernikahan…

***

          Bukankah kau kembali untuknya? Tapi kenapa tidak ada satu hal yang kau perbuat untuk membuatnya benar-benar kembali padamu?

          Gadis berambut caramel itu masih memikirkan kata-kata itu, kata-kata yang berhasil menohoknya sampai ke dalam. Kata-kata yang menyadarkannya untuk merebut kembali apa yang memang menjadi haknya. Sesuatu yang ada digenggamannya namun terlepas kembali tanpa ada yang tahu siapa yang benar-benar melepaskannya atau malah keduanya yang sepakat untuk melepaskannya?

Tidak ada yang bersalah di sini. Semuanya hanyalah kumpulan orang-orang bodoh yang tidak mengerti perasaan masing-masing. Ketika semuanya sudah di depan mata,bisakah kau meraihnya kembali dan mendekapnya sama seperti sebelum kau meninggakannya di belakang?

“ Salah… Bukan aku yang meninggalkannya… tetapi dia yang meninggalkanku.” Jessica mengoreksi pikirannya sendiri saat menyadari satu fakta.

Pikirannya melayang ke arah satu titik, di mana ia bisa melihat masa lalunya kembali. Di hadapannya… benar-benar muncul di depan matanya, tetapi keadaan sudah sama sekali berbeda. Ia tidak bisa mendekap pria itu sesuka hatinya lagi, semuanya telah berubah. Perpisahan selama bertahun-tahun membuat keduanya canggung dan tidak tahu harus memulainya dari mana.

Apalagi pria itu sekarang akan menikah…

Menikah…

Bahkan satu kata sederhana itu tidak pernah terlintas dalam pikirannya. Jessica memainkan ballpoint dalam genggamannya, membongkar memori masa lalunya bersama pria itu. Saat mendengar kata menikah yang terlintas dalam benak gadis berwajah cantik dengan garisan tajam di beberapa lekuk wajahnya dan menggambarkan pribadinya yang keras, hanyalah menikah dengan satu pria dan pria itu adalah Lee Donghae,satu-satunya. Memang hanya berada dalam khayalan anak kecil berumur belasan tahun saat memikirkan hal itu, hal yang dianggapnya terlalu mudah untuk diwujudkan tanpa tahu semuanya akan berubah hanya dalam hitungan detik. Takdir memang terlalu kejam untuk memisahkan semuanya.

“ Sekarang apa yang harus aku lakukan, hae? Melepaskanmu atau mempertahankanmu?”

***

        “ Kenapa kau tidak bilang padaku kalau Jessica sudah kembali ke Korea?” Donghae meletakkan tangannya bertumpu pada sisi meja, sedangkan tubuhnya bersandar, sementara tangan satunya sedang sibuk memegang ponsel.

“ Memangnya ada apa? Apa itu penting bagimu? Bukankah kau memang sudah menjauhinya?”

Ne, itu benar tapi bukan berarti kau bisa merahasiakan kepulangannya, jadi jangan bilang kau tidak tahu tentang kepulangannya, kau pasti sudah tahu..”

Ne, aku memang tahu, tapi kenapa aku harus memberitahumu?”

        Donghae sedikit merasa kesal dengan lawan bicaranya. Ia bangkit dari posisinya nyamannya dan berjalan sedikit menuju jendela di ruangan kerjanya.

“ Tidak perlu, hyuk, hanya saja aku…” Donghae kesulitan menemukan kata-kata, ia sendiri juga tidak mengerti mengapa ia perlu tahu tentang kepulangan Jessica. Hatinya yang menyuruhnya melakukan itu, seperti ada potongan puing masa lalu yang tertinggal pada diri gadis itu, potongan yang melengkapi hatinya.

“ Jangan bilang kau masih mengharapkan gadis itu.”

        “ Tidak, aku…”

“ Astagaaa, hae, kau akan menikah… kenapa di saat-saat seperti ini bahkan kau masih memikirkan wanita lain?”

        “ Aku tidak memikirkannya…”

“Lalu dengan pertanyaanmu tentang Jessica? Itu sudah membuktikan kalau kau masih memikirkannya.”

        “ Berbicara denganmu malah membuatku semakin pusing.”

“ Ayolah, hae… lupakan dia, bukankah selama ini kau sudah berhasil, lalu kenapa saat kau melihatnya lagi kau menjadi seperti ini? Apakah kau mau usahamu selama ini sia-sia?”

Donghae memutuskan sambungan teleponnya dan menerawang memandang hamparan langit berwarna merah kekuningan, menyaksikan matahari kembali ke peraduannya. Kehadiran gadis itu benar-benar mengganggu pikirannya. Entah apa yang akan terjadi setelah kemunculan gadis itu.

***

Tidak ada yang tahu mengapa cinta itu abstrak

cinta muncul tiba-tiba

di saat orang lain bahkan mengharapkan kehadirannya

cinta tidak juga muncul

di saat orang lain mulai lelah terhadapnya

dia muncul dan mulai mempengaruhi hati dengan sihirnya

mantra gaib yang membuat orang kecanduan

Yoonmi memandang rumah berukuran besar di hadapannya. Cukup lama Yoonmi terkagum–kagum dengan rumah itu,s ampai Donghae menyelipkan jari-jarinya ke sisi jari-jari Yoonmi kemudian menggenggamnya.

“ Kau gugup?”

Yoonmi hanya mengangguk memandang ke arah rumah yang seolah-olah seperti neraka. Ia tidak tahu kalau bertemu dengan orang tua Donghae bisa begitu menyeramkan.

“ Tenang saja, mereka pasti menyukaimu.”

Semburan semangat dari Donghae tidak mempu menghilangkan rasa gugup yang menyelimuti hatinya. Bagaimana tanggapan mereka terhadapanya? Bagaimana kalau mereka tidak menyukainya? Bagaimana kalau mereka tahu soal masa lalunya?

Masa lalu!

Yoonmi melupakan satu hal penting, dari sekian banyak hal lainnya,mengenai keputusannya untuk menikah dengan Donghae. Donghae memang sudah menerima tentang masa lalu Yoonmi yang kelam,tetapi bagaimana dengan orang tua pria itu? Bisakah mereka menerimanya atau Donghae yang terpaksa berbohong untuk menutupinya?

“ Hae-ah…” Yoonmi menahan tangan Donghae yang sudah hampir memencet bel.

“ Ada apa, mi-ah?”

“ Apa…apa…apa kau sudah memberitahu soal…soal anakku?”

Donghae sedikit terkejut mendengar penuturan Yoonmi. Ia sama sekali lupa dengan kenyataan itu, ia malah berpikir untuk menutupinya saja dari orang tuanya, karena ia yakin eomma dan appanya tidak akan bisa menerima keadaan Yoonmi yang seperti itu, dibalik kenyataan keluarganya yang terpandang.

“ Aku tahu, hae, mereka pasti tidak bisa menerimanya.” Yoonmi menundukkan kepalanya, membuat beberapa helai rambutnya terjatuh menutupi bagian wajahnya dari samping.

“ Yoonmi, aku… aku sama sekali tidak ingin membuatmu tersinggung tapi bisakah kita merahasiakan hal ini terlebih dahulu? Aku tahu cepat atau lambat kita harus memberitahu semuanya kepada mereka, tapi sekarang bukanlah waktu yang tepat.”

Arraseo…” Yoonmi tidak berniat membantah perkataan Donghae, pria itu sudah meracuni otaknya, ia yang dulunya mati-matian mempertahankan posisi Yoonhee sebagai anaknya, bahkan sampai bertengkar dengan eommanya-appanya bahkan sama sekali tidak peduli- demi mendapat pengakuan dari Yoonhee, sekarang malah ingin menutupi kenyataan bahwa Yoonhee adalah putrinya sendiri.

Seorang pelayan membukakan pintu dan tersentak mengetahui siapa yang datang,ia segera membungkukkan badannya dan mempersilahkan Donghae dan Yoonmi masuk. Ini adalah yang kedua kalinya Yoonmi terkagum-kagum dengan rumah kekasihnya itu. Interior dalam rumahnya benar-benar mengagumkan. Memang selama ini Donghae tidak pernah mengajaknya pergi ke tempat di mana pria itu tinggal, selain karena rumah itu seakan tidak berpenghuni karena Donghae tinggal sendirian, Yoonmi belum terlalu lama mengenal Donghae.

Dari pertemuan pertama mereka, perkenalan singkat, kencan pertama mereka dan rencana pernikahan mereka. Yoonmi sendiri tidak menyangka mereka akan sampai di titik keputusan untuk menikah.

“ Masuklah…” Sebuah suara berat dan dalam menghamburkan lamunan Yoonmi, ia kembali terfokus pada pintu sebuah ruangan di hadapannya.

“ Ah, kau sudah datang rupanya…”  Yoonmi membungkuk pada sosok pria yang berada di hadapannya. Pria itu memicingkan matanya dan melepaskan kaca mata bacanya.

“ Kau yang bernama Kim Yoonmi?”

Ne, Tuan Lee…”

“ Jangan memanggilku terlalu formal begitu, sebentar lagi kita akan menjadi keluarga.” Sosok pria yang tadinya sempat membuat nyali Yoonmi mengkerut, tersenyum tulus. Menularkan senyumannya itu pada Yoonmi dan juga Donghae.

Ne, ahjussi…”

Appa, di mana eomma?”

Eommamu sudah menunggu kita di ruang tengah. Silahkan kalian berdua ke sana, appa akan menyusul nanti.”

Donghae dan Yoonmi melangkah menuju ruangan yang disebutkan oleh appa Donghae. Kehangatan dan keramahan dari appa Donghae sudah mulai berpengaruh pada Yoonmi, gadis itu tidak lagi segugup waktu pertama kali ia menginjakkan kakinya di rumah itu. Rumah yang seolah-olah adalah penjara kesepian bagi Donghae dan rumah penentu takdir bagi Yoonmi.

Samar-samar Yoonmi bisa melihat sesosok wanita paruh baya yang seumuran dengan eommanya sedang duduk dan matanya terpaku pada koran yang dipegangnya. Sepertinya ia sama sekali tidak menyadari kehadiran dua manusia yang sedari tadi ditunggunya.

Eomma, nan bogoshipo…” Donghae menahan koran yang menutupi wajah eommanya,sehingga wanita paruh baya itu bisa melihat kehadiran Donghae. Donghae berlutut dan tersenyum layaknya anak kecil dengan mata yang berbinar-binar. Yoonmi terpaku melihatnya, melihat Donghae dalam posisi langka.

“ Lee Donghae…Eomma juga rindu padamu.” Wanita itu meletakkan koran yang sedang dibacanya dan memeluk Donghae yang masih dengan posisi berlutut.

“ Aku membawa calon permaisuriku, eomma.” Donghae berdiri dan menarik tangan Yoonmi yang masih terpaku melihat keakraban Donghae dengan ibunya.

Nyonya Lee menatap Yoonmi dengan pandangan menilai. Setiap jengkal dari tubuh gadis itu disusuri olehnya, seakan mencari cela. Ia meneliti setiap bagiannya dengan seksama, berharap menemukan sesuatu yang mengganjal di matanya. Tetapi Yoonmi yang sempurna secara fisik, membuatnya meloloskan Yoonmi dari penilaiannya. Wanita itu pun tersenyum ke arah Yoonmi.

“ Jadi kapan kalian akan menikah?”

***

Cinta adalah racun mematikan yang tidak disadari keberadaannya. Ia tumbuh di sekeliling individu dengan aman tanpa diwaspadai oleh siapapun.Ia masuk dan meracuni hati dengan akarnya,menusuk langsung,meracuni persendian,sistem saraf dan sistem indera,perlahan membunuh dengan cara yang indah dan manis namun menyakitkan.

One weeks later..

Seminggu setelah kejadian itu Minho menyadari dirinya masih bisa hidup, masih bisa bernafas, masih bisa berjalan,masih bisa melakukan segala aktivitasnya dengan benar, walaupun hatinya telah pecah dan serpihannya terbang entah kemana. Manusia mungkin masih bisa hidup dengan hati yang luka, walaupun hal itu akan berpengaruh besar pada kelangsungan hidupnya.

Itulah yang Minho rasakan saat ini…

Ia sendiri heran bagaimana ia bisa menjalani hidupnya yang terasa kosong. Tanpa warna apapun. Bersih dan datar… tanpa adanya gejolak emosi yang berarti. Selama ini ia hanya memfokuskan dirinya pada kenyataan bahwa ia masih bisa melihat gadis itu. Walaupun hanya dari jarak jauh, ia sama sekali tidak berani muncul di hadapan Yoonhee setelah kejadian itu. Ia tahu Yoonhee pasti membencinya.

Sekelebat wajah gadis itu kembali muncul dalam benaknya, mengganggu pikirannya yang memang sejak tadi dibiarkannya kosong. Sama sekali menyangkal bahwa ia benar-benar membutuhkan gadis itu. Tetap bertahan dalam rasa sakitnya.

Minho mengumpat saat menyadari bayangan gadis itu benar-benar nyata, bahkan muncul di hadapannya.Yoonhee dan Jonghyun tanpa sengaja lewat di depannya, membuat emosi yang sejak lama dipendamnya mulai mencuat keluar. Tetapi tidak ada yang bisa dilakukannya selain merelakan gadis impiannya itu tertawa bersama pria lain.

Jelas sekali Minho tahu kalau Yoonhee melihatnya. Tatapan keduanya sempat bertemu dan saling melemparkan sinyal-sinyal abstrak lewat bahasa mata.Tetapi kemudian gadis itu pergi, tanpa menoleh ke arah Minho lagi, berusaha nyaman berada di samping Jonghyun,walaupun Minho tahu keduanya masih canggung untuk berdekatan satu sama lain.

“ Kenapa kau menghindarinya?” Jonghyun berbisik pelan saat mereka berdua sudah berjalan agak jauh, meninggalkan Minho yang masih menyandarkan tubuhnya pada dinding,berusaha kelihatan santai.

“ Itu bukan urusanmu…” Yoonhee melangkah secepat mungkin menghindari Jonghyun. Hatinya sedang bergemuruh saat ini, ia melawan mati-matian pada hatinya yang membutuhkan sosok itu. Sosok yang sudah menghancurkan dirinya, tanpa sosok itu tahu seberapa hancurnya ia.

Jonghyun membenarkan letak kacamatanya dan melangkah di belakang gadis itu. Sama sekali tidak memaksa untuk mencari tahu penyebab perilaku Yoonhee yang aneh. Menurutnya asalkan gadis itu tidak berada di dekat Minho, itu sudah cukup. Ia mengharapkan gadis itu menjauh dari Minho selamanya, maka dari itu ia memerlukan usaha yang sangat keras untuk meluluhkan hati Yoonhee.

***

        “ Kurasa kau agak keterlaluan saat ini…” Minra menyikut Saena yang sedang menulis di sebelahnya dan menunjuk ke satu arah dengan dagunya.

“ Untuk apa kau menyuruhku melihat ke arahnya? Itu tidak penting.” Saena kembali melanjutkan aktivitasnya yang terhenti karena Minra menyuruhnya melihat ke arah Yoonhee.

“ Kau tidak sadar? Memang menjadi noona Minho bukanlah pilihan tapi takdir, aku tahu kau hanya berusaha melindungi pria itu, tetapi apa kau tidak bisa melihat Yoonhee menderita karenamu? Aku yakin Minho juga sama menderitanya seperti gadis itu. Kalau kau seperti ini, kau tidak ada bedanya dengan gadis itu, kalian sama-sama jahat.”

Saena mengalihkan pandangannya pada Yoonhee, ia bisa menangkap dengan jelas gadis itu sama rapuhnya dengan Minho. Sama-sama hidup tanpa jiwa… Pendirian Saena sedikit goyah melihat gadis itu, ia tahu Minho dan Yoonhee saling mencintai, lalu kenapa ia bersikeras memisahkan keduanya?

“ Aku bukan gadis jahat…” Saena bergumam tanpa disadarinya, ia menyuarakan isi hatinya yang terdalam.

“ Kalau kau merasa bukan gadis jahat, biarkan mereka bersatu setidaknya kau tidak akan membunuh dua jiwa, kalau kau membiarkan mereka terpisah kau hanya akan menyelamatkan banyak hati dari kehancuran, tetapi kau akan membunuh dua orang yang tersiksa oleh perasaannya masing-masing. Mungkin akan banyak gadis yang patah hati karena terlalu memuja-muja Minho, tetapi rasa kagum dan cinta yang mereka punya tidak akan sama seperti yang dipunyai oleh Yoonhee.”

“ Kau tahu aku melakukan ini bukan karena aku mau menyelamatkan banyak hati.” Saena berkata dengan suara pelan, rasa sakit kembali mendera hatinya. Bagaimana bisa ia menyelamatkan banyak hati, sedangkah hatinya perlu diselamatkan?

“ Jangan mengalihkan pembicaraan! Tentu saja aku tahu kau menganggap Yoonhee tidak pantas untuk Minho. Tetapi cobalah lihat mereka berdua! Berhentilah bersikap egois, Choi Saena.”

“ Kau tidak mengerti,Minra, kau mengira aku egois? Selama ini aku sudah mengalah pada banyak orang. Salahkan sekarang kalau aku ingin egois?” Saena meletakkan bukunya dan melangkah keluar kelas.

“Saena..SAENA..” Minra berusah memanggil Saena, namun usahanya sia-sia karena gadis itu tidak bisa dihentikan. Hatinya, pikirannya, bertumpu pada satu arah, yaitu keegoisannya sendiri. Berharap dengan bersikap seperti itu, semua penderitaan yang dialaminya akan berhenti.

***

        Sudah hampir satu jam Yoonmi berdiri di depan sebuah pintu. Pintu itu berdiri tegar di depannya seolah-olah menghalanginya untuk masuk dan mengetahui apa yang berada dibaliknya. Tangan Yoonmi bahkan bergetar begitu hebat saat ia memutuskan untuk mengetuk pintu itu. Namun karena tangannya yang bergetar,tentu saja pintu itu bahkan tidak menimbulkan bunyi sama sekali.

“ Nona Yoonmi?” Yoonmi menoleh saat menadapati seseorang menepuk pundaknya.

“ Sedang apa anda berada di sini? Kenapa tidak langsung masuk saja?”

“ Ah iya, aku akan segera masuk.” Yoonmi tersenyum dan ia bernafas lega ketika melihat orang itu sudah pergi.

Yoonmi memutuskan mengetuk pintu itu dengan sisa-sisa keberanian yang dipupuknya sedemikian rupa. Beberapa kali mengetuk ia bisa mendengar dengan jelas sebuah suara yang amat sangat dikenalnya. Suara seseorang yang dirindukannya. Yoonmi membuka pintu itu masih dengan tangan sedingin es dan menutupnya dengan pelan.

Kemudian Yoonmi melihat sosoknya, sosok seseorang yang telah lama menjadi luka dalam kalbunya, sosok penantiannya selama bertahun-tahun. Sosok yang sudah lama menganggapnya tidak ada. Sosok itu sedang terfokus pada dokumen di hadapannya sehingga tidak memperhatikan Yoonmi yang berdiri beberapa meter di depannya.

Pria itu merasakan keganjilan di ruangannya, tadi ia menyuruh seseorang untuk masuk ke ruangannya,tetapi setelah pintu ruangannya tertutup, orang itu masih belum mengatakan apa-apa padanya. Ia mengangkat wajahnya dan mendapati seseorang yang paling dihindarinya berdiri dengan wajah pucat.

“ Untuk apa kau ke sini?” Desisan tajam keluar dari bibir pria itu,menghunus tepat pada ulu hatinya.

“ Ada yang ingin aku biacarakan padamu, appa…”

***

To Be Continued

7 pemikiran pada “Whether I Hate You or Not (Chapter 8A)

  1. Ceritanya makin Daebak thor :-D keren .. Next part yah .. Tapi aga dicepetin end nya thor aku kepo ma endingnya hehe

  2. aku penasaran berat deh .. uhh endingnya gimana ya thor? jepo to the max nih hahaha

    Huwaaaaa tapi Donghae oppa mau nikah terus gimana sama aku dong?

    • Endingnya masih agak lama chingu haha di chapter 16 :D
      nanti aku post secepatnya ^^

      wahhh maaf ya chingu kamu sama yang lain aja ya(?)

      makasih udah bca + komen :D

  3. anyeong thor :) aku readers baru ! Mian sebelumnya ngga pernah review dari chap awal. Soalnya tanpa sengaja(?) baru nemu ff ni, aku putusin review dichap terakhir aku baca aja haha Dan ffmu sukses bikin aku mikir keras dan kepooo thor.. Ditunggu next chapternya, jangan lama lama publisnya ne *puppyeyes
    btw itu rating ada nc17nya .. Kenapa dichap 1 sampe sini aku kaga nemu ya?*ketauanotakyadong *eh :D

    • Hahahaha gapapa kali chingu :D
      welcome to this fanfiction! ^^
      wetss jangan mkir terlalu keras loh chingu
      ff ini ga serumit ‘kelihatannya’ ^^V

      okee aku usahain cepet :D
      ohhh NC 17 kan ga berarti harus ada ‘Smut’ nya chingu tp bisa juga konflik yang lebih ribet
      tapi nanti ada kok di side story
      tapi aku ga bisa nulis NC sih T__T

      makasih udah baca + komen ^^

DON'T BE SILENT READER! Leave your comment :)